Jejamo.com, Natuna – Aksi Presiden Jokowi memimpin rapat di atas kapal perang KRI Imam Bonjol yang berlayar di Natuna menjadi sorotan dunia.
Tentu bukan tanpa alasan Jokowi di sana bersama Menko Polhukam Luhut Pandjaitan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kasal Laksamana Ade Supendi. Natuna diklaim China sebagai areal pemancingan internasional. Kapal Coast Guard China berkali-kali mengganggu TNI AL yang melaksanakan tugasnya.
Jokowi tampak memberikan arahan di atas KRI Imam Bonjol. Di anjungan kapal, para awak KRI memberikan hormat. Foto-foto Jokowi di tengah roket kapal perang dimuat media sebagai pesan untuk menggertak China.”Jaga, pertahankan NKRI” pesan Jokowi di atas kapal perang seperti dilansir jejamo.com dari merdeka.com, Sabtu, 25/6/2016.
Panglima TNI juga menegaskan bahwa Indonesia tidak mengenal wilayah perikanan tradisional yang selama ini diklaim China. “Kita tidak mengenal itu. Itukan persepsi mereka, yang kita lakukan sudah sesuai prosedur semuanya,” tegas Jenderal Gatot.
Menengok ke belakang, Jokowi bukan satu-satunya Presiden yang berada di garis terdepan saat Indonesia terancam konflik dengan negara lain. Tahun 2005 lalu, Presiden SBY juga sengaja mengunjungi Pulau Sebatik.
Saat itu kondisi Indonesia dan Malaysia memanas. Awalnya Malaysia mengklaim Blok Ambalat yang kaya minyak masuk wilayahnya.
Kapal Rencong milik Tentara Diraja Laut Malaysia juga berani bermanuver di Blok Ambalat beberapa kali. Puncaknya, Kapal Rencong terpaksa diserempet KRI Tedong Naga karena mengganggu pembangunan mercu suar milik RI.
Insiden itu membuat panas dua negara jiran ini. Presiden SBY langsung mengunjungi pos terdepan di Pulau Sebatik. Tampak foto-foto SBY berdialog dengan prajurit dan warga pulau terluar.
Di latar depan, tampak Marinir TNI AL bersiaga di atas karung pasir dengan jari di dekat picu. Siap memberondongkan peluru ke arah Malaysia. Namun untunglah konflik bersenjata tak pecah. Masalah sengketa ini diselesaikan lewat diplomasi Indonesia dan Malaysia.(*)
Â