Jejamo.com, Bandar Lampung – Menjadi aktor dalam wahana rumah hantu tidak lah mudah. Selain harus fokus dengan perannya, aktor yang bermain sebagai hantu juga dilarang berinteraksi dengan pengunjung, agar dapat membangun suasana horor yang kuat. Tak jarang kejadian tidak mengenakkan terjadi karena pengunjung yang ketakutan bisa berbuat apa saja.
Koordinator Rumah Hantu Indonesia (RHI) Ganden Megiyana (24) mengatakan, pihak Rumah Hantu Indonesia (RHI) melarang aktornya untuk kontak fisik atau berinteraksi langsung dengan pengunjung.
“Kami melarang aktor kontak fisik dengan pengunjung karena tugas mereka hanya untuk menakuti pengunjung. Sebab, mana ada hantu ngobrol, kalau aktor itu ngobrol dengan pengunjung kan jadinya nggak seram lagi,” ujarnya kepada jejamo.com, di Plaza Lotus, Minggu, 9/10/2016.
Ganden menjelaskan, untuk rumah hantu yang dibukanya dibutuhkan 10 aktor yang berperan menjadi zombi dan hantu.
Menjadi aktor tersebut bukan tidak beresiko. Pengalaman tidak menyenangkan kerap terjadi ketika bertemu dengan pengunjung yang temperamen. “Terkadang ada pengunjung yang saking takutnya ada yang marah-marah. Bahkan, ada yang dari pengunjung mengeluarkan kata-kata kotor sarta ada juga yang memukul dan meludahi aktor,” jelasnya.
Ia menceritakan, pengalaman itu pernah ia alami sendiri. Bahkan dirinya pernah dipukul pengunjung saat dia berperan sebagai pocong. Namun, ada juga kejadian yang membuat dia harus menahan tawa saat ada pengunjung sampai buang air kecil di celana.
“Antara aktor harus jaga jarak, jangan sampai terpukul, kalau ada yang terpukul kami nggak marah karena kami tahu resikonya. Ada juga yang buat kami tertawa karena ada pengunjung buang air kecil. Bahkan, ada celananya melorot karena ditarik temannya yang ketakutan, itu yang susahnya nahan tawa bahkan kami sampai sakit perut,” urainya.
Rumah Hantu Indonesia (RHI) kembali hadir di Kota Bandar Lampung. Wisata adrenalin, wahana uji nyali ini dibuka di Plaza Lotus, sejak 1 September sampai 8 Januari 2016. Tema yang diangkat kali ini adalah zombie.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com
