Berita Nusantara, Jejamo.com – Minggu sore, 8/11/2015 suasana di kafe The Panas Dalam, Jl. Ambon Kota Bandung terlihat berbeda. Berbagai komunitas justru tengah berkumpul disana untuk menyukseskan kegiatan diskusi dan penggalangan dana untuk mendukung gerakan #wesavemoromoro dan #jangantutupsekolahkami.
“Kami senang bisa membuat beberapa komunitas ikut mendukung gerakan ini,” ujar Niki Suryaman, salah satu pegiat Komunitas Rumah Bintang (Rubin) Bandung. Menurutnya, penting sekali untuk menjadikan isu krusial di Moro-Moro ini menjadi isu bersama komunitas-komunitas di Bandung maupun di kota lain.
Dekat sebuah banner besar berwarna merah bertajuk “Kami Berhak Sekolah” terlihat sekelompok pemuda tengah melakukan pertunjukkan musik. Sementara itu, sekumpulan anggota komunitas Rubin tengah melakukan latihan di belakang panggung.
Pada kegiatan ini, Wijatnika dan Rico Andreas sebagai bagian dari tim penggerak #wesavemoromoro sengaja datang dari Lampung untuk berbagi kisah mengenai inisiasi gerakan ini.
Aktivis LBH Bandung, Assad Ahmad mengatakan, isu pendidikan di Moro-Moro ini merupakan dampak dari konflik agraria yang tidak kunjung diselesaikan oleh pemerintah dan pihak terkait. Masa depan anak-anak menjadi korban.
“Padahal pendidikan merupakan hak dasar warga negara yang dijamin UUD 1945 dan UU Sisdiknas. Karena itu tidak alasan bagi Pemkab Mesuji untuk menolak memberikan pendidikan pada anak-anak Moro-Moro,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebagai alumni SD Moro Dewe ia merasa sangat terharu bisa terlibat langsung dengan kegiatan berbagai komunitas di Bandung yang berjuang untuk almamaternya.
Menurutnya acara ini sangat Inspiratif, mereka yang belum pernah berkunjung ke Mesuji saja sangat antusias untuk menyelenggarakan untuk menyukseskan pendidikan yang ada di Moro-moro Mesuji.
“Seharusnya pemerintah lebih peka bisa membuka mata hatinya bahwa pendidikan merupakan hak dasar yang harus di berikan untuk generasi kita,” ujar dia,
Acara yang diinisiasi oleh Komunitas Rumah Bintang and Friends ini menunjukkan kekompakan beberapa komunitas di Bandung dalam mendukung gerakan ini, walau mereka belum pernah berkunjung ke Lampung.
Selain diskusi dan penggalangan dana melalui garage sale dan kotak donasi, beberapa komunitas musik juga memberikan penampilan terbaik mereka. Salah satunya adalah seniman bernama Dira yang menyanyikan lagu “Sokola Rimba” dengan sangat apik sebagai bentuk dukungan pada anak-anak Moro-Moro.
Terdapat juga kolaborasi antara Mime Artist and Peaceful Activism, Wanggihoed dengan seniman Deu Galih yang membawakan lagu berjudul “Sekolah Impian” dimana sekolah harusnya menyenangkan dan penuh kegembiraan, serta memberi harapan terang benderang tentang nasib anak bangsa dimasa depan sebagaimana impian anak-anak SD Moro Dewe yang skeolahnya ditutup pada Mei 2015 lalu. (*)
Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya.