Jejamo.com – Buang air besar seharusnya dapat menjadi sebuah rutinitas. Tapi kadang-kadang, rutinitas ini terganggu. Biasanya ketika sedang bepergian atau berada di zona waktu yang berbeda; saat diet sedikit berbeda; atau untuk sebab yang mungkin tak ketahui, buang air besar bisa jadi masalah.
Jadi apa yang harus Anda lakukan sekarang? Felice Schnoll-Sussman, pakar gastroenterologi di Weill Medical College, Cornell University menyatakan, kadang meminum secangkir kopi dapat membantu.
Schnoll-Sussman menyebut bukan kafeinnya yang berpengaruh, tapi air hangat. “Minuman hangat bertindak sebagai vasodilator,” katanya. “Yaitu dengan memperlebar pembuluh darah dalam sistem pencernaan dan membantu meningkatkan aliran darah dan aktivitas di usus.”
Ia menyatakan, olah ragawan kerap diminta untuk minum minuman panas di pagi hari dan kemudian duduk di toilet sampai buang air besar. “Duduk di kloset selama beberapa menit dapat merangsang untuk buang air besar,” ujarnya.
Menurut Schnoll-Sussman, lancarnya urusan ke belakangan sangat tergantung pada pola diet kita. Mendapatkan cukup serat adalah hal terpenting untuk mencegah sembelit. Hanya bagi atlet, katanya, mengkonsumsi lebih banyak serat dari biasanya dapat menyebabkan diare, sehingga mereka dianjurkan tidak memakannya dalam jumlah besar di pagi hari.
Menjaga tubuh selalu terhidrasi juga penting, terutama jika Anda dalam perjalanan atau tengah bepergian untuk beberapa waktu. “Sembelit terjadi ketika kotoran terlalu kering untuk bergerak, sehingga minum banyak air dapat membantu,” ujar Schnoll-Sussman.
Bila sudah terlanjur sembelit, apa yang harus dilakukan? Sebuah studi yang dilakukan oleh University of California, Los Angeles baru-baru ini menunjukkan bahwa memberi tekanan lembut pada perineum – daerah antara alat kelamin dan anus – dapat membantu melembutkan kotoran untuk orang-orang yang menderita sembelit.
Bila sembelit sudah parah, dokter biasanya meresepkan supositoria gliserin, obat yang dimasukkan melalui anus untuk melembekkan kotoran. “Waktu yang dibutuhkan agar supositoria bereaksi sangat bervariasi pada masing-masing orang, umumnya antara 15 sampai 20 menit,” kata Schnoll-Sussman.(*)
Tempo.co