Jejamo.com – Ketegangan antar agama kembali meningkat di Myanmar setelah seorang biksu Buddha berpengaruh membangun pagoda di kompleks gereja dan dekat masjid di sana. Pemimpin umat Kristen Myanmar kemudian meminta semua pihak untuk tetap tenang, Rabu, 27/4/2016.
Pembangunan pagoda ini diawali insiden penyerbuan ke kompleks gereja pada Maret 2016. Ketika itu, para pendukung biksu Myaing Kyee Ngu mendirikan patung dan bendera Buddha di atas lahan milik gereja di negara bagian Karen.
Menurut pemuka gereja Anglikan, pastor Saw Stylo, para penyerang kembali mendatangi lahan mereka pada Sabtu, 24/4/2016, untuk mendirikan pagoda. Stylo mengatakan para pendukung biksu itu selanjutnya bergerak membangun pagoda serupa dekat sebuah masjid di desa berpenduduk mayoritas muslim di kota yang sama, Hlaingbwe.
Myanmar, negeri yang mengalami penindasan selama beberapa dekade oleh rezim militer, telah lama dilanda ketegangan antara mayoritas penduduk beragama Buddha dan kelompok-kelompok minoritas.
Gelombang serangan atas kaum minoritas terjadi setelah pada 2012 kekerasan pecah di sebelah barat negara bagian Rakhine, antara kaum Buddha dan muslim Rohingya, yang mengakibatkan puluhan orang tewas dan puluhan ribu warga Rohingya lainnya kehilangan tempat tinggal.
Sejak itu, gelora kaum nasionalis Buddha meningkat dan berpengaruh kepada seluruh warga Myanmar. Dukungan mereka mengantarkan Aung San Suu Kyi meraih kemenangan dalam pemilihan umum lalu sehingga NLD, partai yang dipimpin tokoh prodemokrasi, itu kini menjadi penguasa negeri.
Belum begitu jelas apa yang menjadi latar belakang pembangunan pagoda di negara bagian Karen itu. Namun anggota parlemen Saw Chit Khin mengatakan kepada AFP, otoritas Buddha telah siap menulis surat kepada biksu Myaing Kyee Ngu untuk membatalkan pembangunan pagoda.
“Kami sangat khawatir, dan masalah ini sangat sensitif. Ini sesungguhnya masalah politik tapi dibalut agama,” kata Saw Chit Khin.
“Saya sangat senang pemerintah baru ini akan membawa Myanmar lebih cemerlang. Karena itu, saya meminta kepada semua orang untuk tetap tenang dalam menghadapi kasus ini,” katanya.
Jumlah umat Kristen dan Islam di Myanmar hanya empat persen dari total penduduk negara itu. Mayoritas warga Myanmar memeluk agama Buddha.(*)
Tempo.co