Jejamo.com, Bandar Lampung- Beberapa hari ini warga Metro dan sejumlah jurnalis digegerkan dengan broadcast yang dilakukan seorang ibu mengaku anak perempuannya yang masih berusia (5) tahun telah menjadi korban tindakan pencabulan oleh penjaga sekolah di salah satu Taman Kanak-kanak (TK) Metro beberapa hari lalu.
Dalam broadcast tersebut ibu itu menceritakan, kejadian berawal pada Jumat, 6/5/2016 lalu sekitar pukul 11.15 WIB, saat ia baru saja menjemput anaknya di TK tersebut dan menemukan anaknya berjalan dengan menahan rasa sakit.
Lalu, dirinya menawarkan kepada anaknya agar membuang air. Namun, korban menolak untuk diajak buang air kecil. “Aku tidak kebelat pipis mama,” ujar korban. Kemudian, ia (ibu korban) kembali melanjutkan kerja.
Setelah pulang kerja sekitar pukul 15.30 wib, dirinya langsung mengajak korban untuk mandi. Saat mandi korban menjerit kesakitan. “Sakit mah sakit,” kata korban. Kemudian, dirinya terkejut dan langsung menanyakan kepada anaknya. “Kenapa kamu nak? Coba Mama lihat, dan begitu saya lihat dibagian kemaluan anak saya terdapat luka,” ujar ibu kepada anaknya.
Awalnya korban tidak mau menceritakan, kemudian dirinya mencoba menakuti korban agar mengaku. “Menakuti anak saya itu dengan membawa nama malaikat, karena setiap kali dia kalau mendengar nama malaikat pasti takut. Namun, dia menangis ketakutan untuk menceritakan itu,” ungkapnya dalam broadcast tersebut.
Lalu, sang anak pun menceritakan peristiwa tersebut sambil menangis, bahwa korban telah mendapat tindakan pencabulan pejaga sekolah.
Orangtua korban juga sudah melaporkan kejadian ini kepada pihak sekolah dan pihak kepolisian setempat, sebelumnya orangtua korban sudah melakukan visum kepada spesialis dokter dan hasilnya positif korban mengalami luka luar, dan selaput daranya tidak sobek.
Dalam pemeriksaan oleh pihak kepolisian korban, diperiksa selama 10 jam dan satu Polwan mengingatkan dia untuk berhati-hati dengan kasus tersebut, pasalnya sekolah masih dibawah naungan pejabat Metro. “Mbak, jangan gegabah, ini sekolah di bawah naungan atau apalah milik wali kota katanya, mbaknya PNS kan, kerja di mana?”
Mendapat peringatan tersebut, si ibu mengaku tidak peduli, “Coba kalo anak mbak digituin, mau gak?’ dia menjawab, iya sih. tapi, semua harus melalui proses, ada prosedurnya mbaak,” katanya sebagaimana tertera pada broadcast.
Hingga berita ini diterbitkan, si ibu korban masih belum mau membeberkan secara terbuka kepada Pers.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com