Jejamo.com, Pringsewu – Saat mengisi tablig akbar usai pengukuhan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pringsewu di Masjid Taqwa kabupaten setempat, Minggu, 4/9/2016, KH Nurvaif Chaniago atau yang biasa disapa Buya itu menyebut soal kurban perasaan. Apa maknanya?
Dalam Islam, kata Buya Nurvaif, berkurban ada beberapa bentuk, seperti kurban perasaan dan materi.
Menurut Nurvaif, kurban perasaan adalah suatu bentuk kerelaan hati terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita. Lalu kurban materi, yaitu bentuk kerelaan dalam hal membagi harta, seperti berkurban hewan pada Idul Adha.
Mantan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung ini juga menambahkan, umat Islam tidak boleh miskin.
“Kita tidak boleh miskin karena miskin dekat dengan kekufuran. Sebagai umat yang dilahirkan dengan penuh nikmat, hendaknya syukur adalah sifat yang harus kita lakukan setiap saat. Dengan bersyukur kita akan mendapat kecukupan, baik rezeki maupun hal yang lain,” terangnya.
Ustaz berdarah Minang ini juga sempat menyinggung tentang para pemimpin sekarang yang masih belum memenuhi janji.
“Pemimpin hendaknya mampu menepati janji, tepat waktu, bukan minta naik gaji,” ujarnya.
Pada acara yang dihadiri Bupati Pringsewu Sujadi Saddat ini, Nurvaif juga berharap, pilkada tahun depan bisa terpilih orang yang terbaik.(*)
Laporan Hagi Julio, Kontributor Jejamo.com