Senin, Desember 16, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Cerita Anak Lampung Eka Melia Turyska Ikut Program Sarjana Mengajar di Papua

Eka Melia Turyska (dua dari kiri) saat ikut Sarjana  Mengajar di Merauke, Papua. | Ist
Eka Melia Turyska (dua dari kiri) saat ikut Sarjana Mengajar di Merauke, Papua. | Ist

Jejamo.com, Bandar Lampung – Mengabdi di pelosok tanah air dibutuhkan perjuangan yang relatif tidak mudah. Selain minumnya fasilitas dan infrastruktur, akses transportasi juga menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para pengajar yang akan bertugas di sana.

Hal itulah yang dirasakan salah seorang peserta program Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan Terluar Tertinggal (SM-3T) di pedalaman Merauke, Papua.

Eka Melia Turyska, seorang peserta SM-3T, menceritakan pengalamannya selama 1 tahun mengajar di pedalaman Merauke yaitu di SMK 1 Kimaam, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke. Baginya, mengajar di daerah pedalaman adalah sebuah tantangan.

Peserta SM-3T yang dikirim melalui LPTK UNY ini mengungkapkan, salah satu yang membuatnya miris adalah kurangnya tenaga pengajar di sana serta guru PNS yang mangkir dari tugas sehingga para siswa enggan bersekolah.

Akibatnya, tujuan siswa bersekolah semata-mata hanya untuk memperoleh ijazah.

“Sudah seharusnya guru sebagai tenaga pendidik menjalankan tugasnya mengubah tujuan yang salah itu,” tuturnya.

Pemikiran siswa yang seperti itu membuat siswa SMK sulit membaca dan menghitung. Guna menuntaskan kompetensi dasar calistung (membaca, menulis, berhitung), Meli, demikian ia biasa disapa, mengadakan kelas khusus bagia mereka yang belum menguasai kompetensi dasar.

Untuk menjangkau daerah tersebut, hanya ada transportasi air dan udara. Itu pun tidak setiap hari. Kendala lainnya, sulit sinyal ponsel, listrik, dan jauh dari perkotaan. Ini membuat daerah tersebut sulit maju.

Namun, mengabdi di pedalaman menurutnya sudah menjadi panggilan jiwa untuk ikut serta memajukan daerah pedalaman, khususnya melalui bidang pendidikan.

“Supaya anak-anak di pedalaman bisa bersaing dengan sekolah di kota,” kata alumnus Keguruan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta kepada jejamo.com beberapa waktu lalu.

Meskipun dari segi teknologi dan transportasi mereka tertinggal, diharapkan dengan adanya SM-3T bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik.(*)

Laporan Esti Dwi Pratiwi, Kontributor Jejamo.com

Populer Minggu Ini