Kamis, November 7, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Cerita Es Doger Legendaris di Kota Metro

Iwan saat melaytani pembeli di lapak es doger miliknya, Senin, 25/10/2021. | Dok. Jejamo.com

Jejamo.com, Kota Metro – Warga Kota Metro, Lampung, pasti familier dengan Es Iwan. Benar! Es doger di Kota Metro lebih dikenal dengan sebutan Es Iwan. Milenial di Metro, yang tumbuh remaja di tahun 2000-an, tentu tak asingdengan julukan minuman segar ini. Sebab Si Iwan, nama penjual es ini, merupakan pelopor penjualan es campur varian doger di Kota Metro sejak 1979.

Hingga saat ini es doger masih menjadi salah satu minuman dingin kaki lima yang diminati dan populer di Bumi Sai Wawai.

Pada prinsipnya es doger merupakan pengembangan dari konsep es campur, karena memiliki banyak komposisi. Di antaranya daging kelapa serut, tape singkong, ketan hitam kukus, setup kacang merah, sirup merah serta santan. Beberapa es doger menambahkan susu kental manis, alpukat, dan nangka sebagai topingnya.

Sajian es doger yang simpel dan efektif membuat harga seporsi minuman ini relatif murah dan terjangkau di kantong kalangan remaja. Sejak puncak popularitasnya tahun 2000-an, praktis hingga saat ini es doger sukses menggeser keberadaan es Campur dan es teler di Metro. Bahkan, kedua minuman yang disebut belakangan justru terbilang langka.

Saat Jejamo.com berkunjung ke lapak Es Iwan yang terletak di Jalan Yosudarso, Imopuro, Metro Pusat, si empunya lapak sedang sibuk meladeni pembeli. Gerobak Es Iwan tak pernah sepi pengunjung meskipun telah berjualan selama 45 tahun.

“Saya berdagang es ini dari bujang, dari tahun 1976 dan belum ada saingannya waktu itu. Dulu satu porsi saya jual dengan harga 15 perak. Sekarang satu porsi harga 5 ribu,” kata Iwan, Senin 25/10/2021.

Berbeda dengan Iwan di usia muda. Saat ini usianya menginjak 65 tahun, dan selalu berdagang dengan dibantu oleh putranya, Haris (30).

Selama ini Iwan lebih memilih untuk tetap berdagang di pinggir jalan dengan gerobak. Alasannya lebih mudah untuk berpindah tempat. Selama berdagang es doger, Iwan telah beberapa kali berpindah pangkalan.

“Pertama kali dulu saya dagang di Taman Merdeka, lalu di sekitar Rumah Sakit Ahmad Yani. Tempat ini adalah tempat dagang saya yang ketiga,” ungkapnya.

Iwan bersama Haris mulai berdagang mulai pukul 11 pagi sampai pukul 5 sore.

Aan Afrizal (38), salah satu pelanggan loyal Es Iwan, mengaku sering membeli karena suka dengan cita rasanya sejak lama. Ia biasa menikmati Es Iwan saat cuaca panas.

“Saya sudah dari lama suka beli Es Iwan. Saya mengenal baik pedagangnya, di masa mudanya Om Iwan ini mirip Rano Karno,” kata Aan seraya tertawa geli.(*)[Arif]

Populer Minggu Ini