Jejamo.com – Ima Matul Maisaroh kini banyak diperbincangkan setelah menjadi pembicara dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat Amerika Serikat. Dalam acara tingakt tinggi itu, Ima menyampaikan program-program penanggulangan perbudakan dan perdagangan manusia yang berlangsung di Stadion Wells Fargo, Philadelphia, Amerika Serikat, Selasa, 26/7/2016.
Ima Matul Maisaroh (33), wanit asal Malang, Indonesia ternyata memiliki kisah kelam sebagai Korban perdagangan manusia. Namun justru masa kelamnya itu yang mengantarkan Ima pada posisinya saat ini.
Ima pergi ke Amerika Serikat diawali saat berpisah dari orang tua. Perempuan asal Gondanglegi, Kabupaten Malang itu hendak dinikahkan dengan pria yang jauh lebih tua.
“Dulu saya berhenti sekolah karena mau dikawinkan dengan orang yang gak kenal dan umurnya 12 tahun lebih tua,” kata Ima Matul Maisaroh, Senin, 25/7/2016.
Sejak bercerai, Ima mendaftar di sebuah perusahaan pengerah tenaga kerja. Saat sedang magang, Ima mendapatkan kemudahan jalan.
Majikannya sementaranya itu, tenyata memiliki kerabat yang kemudian mengajak bekerja di tempatnya. Sejak saat itu, Ima bekerja di Amerika Serikat.
“Terus saya daftar ke PT untuk kerja di Hong Kong. Karena saya gak punya pengalaman jadi saya harus latihan kerja. Saya latihan kerja di Malang dan majikan saya ini punya saudara sepupu di AS. Saudaranya ini perlu pembantu, saya ditawarin. Saya senang sekali karena gajinya USD 150 per bulan,” kenangnya.
Namun nasib buruk yang diterima Ima. Bekerja selama tiga tahun sejak 1997 hingga 2000, dia disiksa secara fisik hanya untuk kesalahan kecil yang diperbuat. Ia bahkan dipaksa bekerja lebih dari 12 jam setiap hari, paspornya juga disita oleh bekas majikannya di Los Angeles juga tidak digaji.
Setelah berhasil melarikan diri dari majikannya, Ima tak mengajukan tuntutan terhadap majikannya itu. Ia kemudian hidup menggelandang dan menemukan jalan untuk berjuang sebagai aktivis penanggulangan perbudakan dan perdagangan manusia di AS.
Ima kini merupakan salah satu anggota Dewan Penasehat bidang Perdagangan Manusia Presiden Obama. Suaranya sangat dibutuhkan Obama untuk membuat kebijakan strategis dalam menangani kasus perdagangan manusia yang terjadi di Negeri Paman Sam. (*)
Okezone.com