Selasa, November 12, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Cerita Situs Batu Berdarah di Tiyuh Karta, Tempat Adu Kesaktian Panglima Kerajaan Tulang Bawang

Situs Batu Berdarah di Tiyuh Karta, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat | Mukaddam/jejamo.com
Situs Batu Berdarah di Tiyuh Karta, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat | Mukaddam/jejamo.com

Jejamo.com, Tulang Bawang Barat – Situs Batu Berdarah, yang berada di daerah Sepulau Tujok, Tiyuh Karta, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang Bawang Barat, konon merupakan tempat adu kesaktian panglima perang kerajaan Tulang Bawang dengan musuh-musuhnya pada zaman dahulu.

Menurut, Mulyadi, warga Tujok, mengatakan, batu yang bentuknya agak lonjong memiliki warna hitam, keputihan dan merah tersebut, keberadaannya sudah lama diketahui oleh masyarakat di Tiyuh Karta.

Batu batu dengan ukuran sekitar 40 x 60 centimeter tersebut oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Batu Berdarah. Hal ini karena saat terjadi hujan saat terik matahari, air yang mengalir dari permukaan batu berwarna merah seperti darah. “Cerita yang berkembang dari warga seperti itu,” ujarnya kepada jejamo.com, Sabtu, 5/11/2016.

Warga Sepulau, Tujok, wilayah Tiyuh Karta Mulyadi (kiri) dan Riwansyah sedang menghadap batu berdarah | Mukaddam/jejamo.com
Warga Sepulau Tujok,  Tiyuh Karta, Mulyadi (kiri) dan Riwansyah sedang menghadap batu berdarah | Mukaddam/jejamo.com

Mulyadi menuturkan, batu tersebut pernah dicoba diambil dan dibawa ke rumah warga tiyuh lain, namun tak lama kemudian dikembalikan lagi ke tempat semula.

Sementara itu menurut Tokoh adat Tiyuh Karta, Ibrahim TR (Minak Mangku Sumbai), batu tersebut merupakan tempat memotong leher atau memenggal musuh kerajaan Tulangbawang oleh moyang Tiyuh Karta yang dikenal dengan nama Seterou pak Sumbai atau nama aslinya Ngebihei Sako Miyan. Seterou pak Sumbai adalah panglima perang kerajaan Tulang Bawang.

Sesepuh dan tokoh adat Tiyuh Karta (Minak Mangku Sumbai) Ibrahim.TR di rumahnya | Mukaddam/jejamo.com
Sesepuh dan tokoh adat Tiyuh Karta (Minak Mangku Sumbai) Ibrahim.TR di rumahnya | Mukaddam/jejamo.com

“Dahulu sebelum zaman penjajahan Belanda, terjadi adu kesaktian antara musuh melawan panglima perang Kerajaan Tulang Bawang. Adu kesaktian dengan cara kesatria, leher Seterou pak Sumbai yang dipotong musuh terlebih dahulu di atas batu tersebut namun tidak terluka, berikutnya tiba giliran Seterou pak Sumbai yang  memotong leher musuh, dan berhasil mengalahkan musuh dengan leher terpotong,” ujarnya.

Kepala musuh tersebut kemudian  terlempar masuk ke sungai Tulang Bawang, lanjutnya. Hal itu dikuatkan dengan fakta adanya lobang siring panjang belasan meter di sekitar batu tersebut di pinggir sungai Tulang Bawang.

Sedangkan badannya akan kembali ke Gunung Pesagi yang saat ini ada di Kabupaten Lampung Barat namun badan tersebut tidak berhasil mencapai Gunung Pesagi, hanya sampai di Simpang asam Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara dan menjadi menjadi keramat tanpa kepala.

“Seterou pak Sumbai pada akhir hayatnya wafat di Tiyuh Karta, sekarang telah menjadi Tiyuh Way Sido, Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat,” tambahnya.

Minak Mangku Sumbai, mengatakan, pedang yang digunakan untuk memotong leher tersebut masih tersimpan di suatu tempat di Tiyuh Karta.

“Ini sejarah zaman nenek moyang, saya tidak bermaksud menyinggung pihak lain, jangan dijadikan perpecahan, sekarang telah zaman modern maka kita tetap satu yaitu bangsa Indonesia,” pungkasnya.(*)

Laporan Buhairi Aidi dan Mukaddam, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini