Jejamo.com – China, yang didukung Rusia, menghalangi pengesahan pernyataan Dewan Keamanan (DK) PBB menyangkut usaha untuk menyelidiki kekerasan oleh terduga militer Myanmar kepada etnis minoritas Rohingya, Jumat (17/3/2017), New York, AS.
Beberapa diplomat mengatakan, tindakan China dan Rusia itu dilakukan setelah 15 anggota DK PBB membahas situasi di negara bagian Rakhine, Myanmar, seperti dilaporkan Reuters, Sabtu, 18/3/2017.
Militer Myanmar telah menggelar operasi keamanan di Rakhine setelah penyerangan oleh milisi bersenjata ke pos di perbatasan yang menewas sembilan polisi pada 9 Oktober 2016.
Kantor HAM PBB bulan lalu menuding militer Myanmar melakukan pembunuhan dan pemerkosaan massal terhadap etnis minoritas Rohingya dan membakari desa-desa mereka.
Para aktivis dan kritikus mengatakan, tindakan militer Myanmar itu kemungkinan bisa mengarah pada kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis.
Atas permintaan Inggris, Kepala Bidang Politik PBB Jeffrey Feltman memberikan pemaparan kepada para anggota DK dalam sidang tertutup, Jumat kemarin.
“Kami berusaha memajukan beberapa usulan namun kesepakatan tidak tecapai di dalam ruangan itu,” kata Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft, yang menjadi Presiden DK selama Maret ini, kepada para wartawan setelah sidang.
Pernyataan DK harus disepakati oleh seluruh anggota sebelum dapat dikeluarkan. Sejumlah diplomat mengatakan China, yang didukung Rusia, menentang pernyataan tersebut.(kompas)