Jejamo.com, Kota Metro – Bermula dari minatnya di bidang seni kerajinan tangan, seorang ibu rumah tangga warga Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro, Gesti Ayu Sri Wulandari (34), kini semakin fokus menekuni usaha ekonomi kreatif bernuansa kearifan lokal budaya Lampung.
Bukan sekadar hobi, bakat seni wanita yang akrab disapa Wulan itu kian terasah dan semakin profesional. Diawali dari kegigihannya membuat bros di awal tahun 2004 silam, akhirnya ia mampu menuangkan kelihaiannya yang lain dalam menjalin pernak-pernik payet dan manik-manik, sebagai hiasan produk kreatif berwujud aneka macam dompet dan tas wanita.
Lebih dari itu, saat ini Wulan juga tengah fokus mengangkat nilai-nilai kearifan lokal khas Lampung dengan mengombinasikan kain bercorak tapis Lampung pada karya-karyanya.
“Jadi, dulu itu awalnya bikin bros, dari situ berkembang hingga bisa memproduksi tas dan dompet, juga dikombinasikan dengan kain tapis Lampung,” tutur Wulan saat disambangi Jejamo.com di kiosnya, Wulandari Handmade, Selasa, 5/7/2022.
Wulan berkomitmen, bahwa tiap-tiap detail payet yang ditempelkannya pada beragam model tas dan dompet itu, agar selalu mengedepankan kualitas. Selain itu, berbagai jenis bebatuan sintetis berkualitas juga nampak berjajar menghiasi permukaan produk-produk unggulannya.
Produknya yang terkesan elegan dan berkarakter budaya, menjadi ciri tersendiri dan identik dengan nilai-nilai kedaerahan khas Bumi Sai Wawai.
“Penggunaan kain tapis pada produk-produk Wulandari Handmade ini tidak sembarangan. Karena harus memperhitungkan nilai-nilai dan norma-norma budaya Lampung juga kan, bukan asal ditempel saja,” jelasnya sembari terkekeh.
Berdasarkan keterangan Wulan, dalam tempo satu bulan, dia yang biasa memproduksi kerajinan tangannya sendiri itu, mampu membuat 10 hingga 15 tas dengan berbagai corak.
Kemudian untuk harga dompet yang dibuatnya itu cukup beragam, berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp350 ribu. Sementara untuk harga tas, berkisar Rp65 ribu hingga Rp450 ribu. Semua harganya itu tergantung dari ukuran, jenis bahan yang digunakan, dan tingkat kesulitan pembuatannya.
Selain itu, setiap hari Jumat, Wulan juga memberi kesempatan bagi masyarakat yang berminat mempelajari cara dan teknik memproduksi karya serupa.
“Ya, setiap Jumat. Diajari sampai bisa,” tandasnya.(*)[Anggi]