Jejamo.com, Bandar Lampung – Gedung Gelanggang Olahraga Saburai siang itu ramai oleh penonton sebuah event futsal se-Lampung. Pertandingan belum dimulai. Tapi acara seremoni sudah digelar sejak beberapa menit yang lalu.
Bila dan kedua rekannya sudah bersiap untuk menghibur penonton yang sejak tadi memadati area pertandingan. Pelatihnya sudah memberikan aba-aba agar bersiap karena live performance segera dimulai.
Begitu musik terdengar menyalak, Bila dan kedua rekannya keluar dari ruang dan mulai bergerak dinamis mengikuti alunan musik.
Koreografi yang sudah dipelajari dan dimatangkan sejak beberapa bulan lalu kini dipertunjukkan kepada khalayak.
Bila bertindak sebagai “kapten” di lapangan. Dalam kondisi demikian, hanya kontak mata yang membuat ketiganya bisa tampil kompak dan elegan. Suara tak mungkin diperdengarkan sebagai medium untuk memberikan komando.
Bila mesti ligat dalam membaca situasi. Apalagi jika sang coach tidak berada di lokasi untuk menemani anak asuhnya tampil.
Syukurnya, dari sekian banyak performance, selalu sukses. Untuk Bila, ini adalah perform kesian kali lantaran sulung dari tiga bersaudara ini sudah sejak SMA menekuni dunia dance.
Saban tampil, durasi yang dibutuhkan Bila dkk sekitar tiga sampai empat menit. Kelihatannya memang ringkas. Tapi menilik dari rumit dan beragamnya gerakan, tentu butuh latihan yang cukup dan kecocokan di antara anggota tim sehingga menjadi padu.
Nama profil kali ini Bila. Nama lengkapnya Iva Nabila. Untuk nama panggilan, Bila termasuk punya beberapa varian.
“Kalau pas SMA karena nama depanku Iva, kawan-kawan malah manggilnya Ipeh. Kawan kampus juga demikian. Di rumah juga Ipeh. Kalau Bila hanya beberapa orang aja. Kebanyakan sih manggilnya Ipeh, hehehe,” ujarnya.
Bila lahir di Pringsewu pada 23 April 1996. Ia sudah menekuni dunia tari sejak masih SMA di SMAN 1 Pringsewu.
Ia berlatih pada sebuah sanggar dan menekuni dunia itu sampai dengan sekarang. Soal berapa kali jumlah ia tampil nge-dance, cukup lumayan.
Bila bercerita, ia suka menari sejak kecil. Ia merasa lepas ketika sudah tampil. Maka, saat mulai SMA serius di dunia dance, ia merasa nyaman dan terus sampai dengan sekarang.
Bila tipikal dancer yang cepat belajar. Dalam satu bulan ia mampu menguasai beberapa konsep dance dan koreografi yang diajarkan pelatih. Selebihnya, adalah pematangan sehingga saat diminta tampil, ia sudah mengusai dengan baik.
Bila menuturkan, paling susah kalau mendapat koreografi yang bukan basic. Bila mengaku, ia punya talenta kuat di sexy dancer.
“Disebut sexy dancer karena secara kostum dan koreografi memang menunjukkan sisi keseksian meski masih dalam taraf yang normal. Kebanyakan memang untuk mengisi acara-acara di hotel, kafe, dan lapangan. Kalau event olahraga malah enggak begitu sering,” ujarnya kepada jejamo.com, Selasa, 8/8/2017.
Bila menuturkan, konsep sexy dancer mesti punya basic gerakan yang gemulai. Kemudian, kata mahasiswi Administrasi Niaga FISIP Universitas Lampung itu, seorang sexy dancer juga mesti powerfull setiap tampil.
“Ada juga yang hiphop, tomboi gitu konsep gerakannya. Cuma itu kan bukan basic aku. Tapi kalau ada permintaan mesti hiphop, ya harus siap meskipun persiapan atau adaptasi ke konsep itu tetap butuh waktu,” ujarnya.
Pernah salah atau selip dalam perform?
“Kalau dari pengalaman ya pernah meski sedikit sekali. Wajar kalau itu. Yang penting dancer-nya enggak boleh gugup, kemudian mood-nya hilang sehingga mengganggu performa tim secara keseluruhan,” katanya.
Hampir tiap pekan ada saja job yang mesti dijalani Bila dkk. Bahkan pernah dalam satu hari ada lima job yang mesti dilakoni.
“Kalau bulan yang ramai itu Agustus sampai dengan Desember. Biasanya event banyak pas bulan-bulan itu,” ujarnya.
Bila terhitung sudah enam tahun bergelut dalam dunia dance. Satu yang selalu menarik bagi dara cantik ini ialah ada koreografi baru yang mesti ia kuasai dalam durasi waktu tertentu.
Ini, kata dia, dibutuhkan agar performanya dalam setiap kali tampil bisa maksimal. Tujuan lain, supaya ada pembaruan dalam gerakan sehingga tidak membosankan, baik buat dirinya sendiri maupun buat audiens.
“Aku tetap butuh challenge. Kalau tantangan gerakan atau koregrafi baru mesti ada. Semakin banyak kita kuasai, semakin bagus,” urainya.
Aktivitas menjadi dancer sama sekali tidak mengganggu aktivitas utamanya dalam kuliah. Nilai Bila selama kuliah pun selalu bagus.
“Alhamdulillah untuk kuliah dapat beasiswa. Kerjaan dance ini sama sekali tidak mengganggu waktu kuliah,” ujarnya.
Bila tetap punya obsesi yang tinggi dalam kehidupan, termasuk untuk persiapan pascalulus kuliah dan dunia dance. Namun, ia tidak berkeinginan selamanya beraktivitas di dunia dance.
“Kalau aku pengennya punya usaha meskipun belum kebayang jenis apa. Karena buatku , dunia dance ini gak bisa selamanya. Persaingan pun sekarang ketat,” ujar pemilik akun Instagram @ivanabilla ini.
Lantaran mulai memasuki semester tujuh, Bila mulai mengurangi aktivitas dance-nya. Khususnya yang jauh di luar Bandar Lampung. Sesekali, ia juga diminta menjadi juri dalam kompetisi dance di Bandar Lampung.
Oke deh, Bila. Sukses untuk kuliah dan nge-dance-nya ya.(*)
Laporan Adian Saputra, Jurnalis Jejamo.com