Jejamo.com, Australia – Daya tarik Kain Tapis Lampung ternyata mampu memantik rasa kagum warga Australia. Hal ini terlihat ketika KBRI Canberra menggelar pameran Kain Tapis Lampung di Wisma Indonesia pada Jumat kemarin. Tak hanya kagum, sebagian warga Australia juga berniat untuk belajar lebih banyak tentang kain tradisional masyarakat Lampung ini.
Demikian isi keterangan tertulis dari KBRI Canberra yang dilansir VIVA.co.id pada Senin, 7 September 2015. Selain di depan publik Negeri Kanguru, Kain Tapis itu ditunjukkan di hadapan sejumlah istri para duta besar asing dan diplomat beberapa negara antara lain, Yordania, Libya, Peru dan Meksiko.
Selaku Ketua DWP KBRI Canberra, Nino Nadjib Riphat memberikan pemaparan mengenai Kain Tapis. beberapa jenis penjelasan yang diberikan diantaranya sejarah, cara pembuatan, corak atau motif jenis-jenis Tapis, hingga kapan harus dikenakan.
Menurut Nino, berdasarkan catatan historis, Tapis Lampung merupakan tenun dari benang kapas dengan hiasan sulam benang perak atau emas. Kain tersebut diperkirakan sudah ada sejak beberapa abad lalu. Bahkan, sejumlah ahli mengatakan, orang Lampung telah menenun Tapis, sejak abad ke-2 sebelum masehi, Seperti dikutip KBRI Canberra.
Dalam perkembangannya, desain Tapis Lampung turut mengalami inovasi. Motifnya semakin kaya, mulai dari alam, flora, hingga fauna. Motif yang paling sering digunakan dalam Kain Tapis, kata Nino, merupakan bentuk kapal. Hal tersebut, sesuai dengan cerminan kemaritiman di Lampung.
Usai diberi penjelasan, pengunjung diberi kesempatan untuk melihat lebih dekat berbagai koleksi Tapis Lampung yang dipamerkan diantaranya Tapis Raja Medal, Tapis Balak, Tapis Cucuk Andak, dan Tapis Limar Sekebar. Beragam jenis Kain Tapis membuat decak kagum pengunjung.
Salah satu warga Autralia yang mengaku terpukau adalah Lucinda Lang. Lang yang bekerja di National Gallery Australia (NGA) untuk mempromosikan budaya tradisional aborigin, mengatakan ingin belajar lebih mendalam mengenai Kain Tapis Lampung.
Lang bahkan ingin menambah lagi Tapis Lampung dalam koleksi Tapis Lampung yang sudah dimiliki oleh NGA, agar lebih banyak publik Australia yang dapat melihat dan mengetahui tentang kerajinan kain khas Lampung tersebut.(*)