Jejamo.com, Bandar Lampung – Demi menafkahi istri dan anaknya, Iman Maulana, asal Brebes, Jawa Tengah, nekat pergi ke Lampung, untuk berjualan rujak bebeg keliling.
Iman mengatakan, dirinya memberanikan diri untuk merantau ke Lampung pada tahun 2008 lalu karena diajak oleh tetangganya di Brebes yang memiliki usaha penyewaan gerobak rujak bebeg di Lampung.
“Saya bingung mau bekerja apa? SD saja saya tidak lulus. Akhirnya saya berjualan ikut tetangga dari Brebes, Jateng dan mulai jualan pertama kali di Pahoman selama dua tahun dan enam tahun di Pramuka,” ujarnya saat diwawancarai jejamo.com, Kamis, 5/5/2016.
Tiap hari Iman berjualan rujak bebek di Jalan Pramuka, mulai dari jam 09.00-17.00 WIB. Meski demikian, penghasilannya tak menentu, terkadang ia bisa membawa uang Rp60 ribu per hari, namun juga ia pernah hanya mendapat uang Rp5 ribu sehari.
“Alhamdulillah saja, karena saya bekerja untuk menafkahi keluarga. Terkadang setiap bulan saya mengirimi uang sebesar Rp. 1-2 juta. Terkadang saya juga tidak mengirimi mereka uang, ya namanya juga pedagang kecil,” tuturnya.
Delapan tahun berjualan rujak bebeg di pinggiran jalan Bandar Lampung, Iman mengaku memiliki suka duka tersendiri.
Untuk sukanya sendiri, lanjut dia, dirinya merasa senang bisa berjualan sendiri karena tidak ada yang mengatur dan tidak merugikan orang lain.” Kalau masalah pembeli, mau ramai atau pun sepi, saya selalu senang. Karena saya melakoni pekerjaan ini dengan ikhlas,” jelasnya.
Untuk dukanya sendiri, lanjut dia, dirinya harus berjuang melawan cuaca hujan ataupun panas saat berjualan.”Terkadang saya nangis sendiri memikirkan anak istri disana. Karena susah benar mencari uang.” Akhirnya saya shalat setelah itu menangis saat menceritakan keluh kesah sama allah,”ujar warga Gunung Sari, Tanjung Karang ini.
Ia berharap, semoga allah memberikan sedikit rezeki supaya dirinya bisa menafkahi anak dan istri. “Rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal sayanya saja harus berusaha lagi supaya bisa menafkahi dan membahagiakan keluarga,” tandasnya.
Di lain sisi, rujak bebeg merupakan bahasa yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah yang artinya, rujak tujuh bulan. “Kalau orang jawa, ketika istri memasuki mengandung anak pada hamil tujuh bulan harus ada selametan dan dalam acara itu harus ada rujaknya,” ucapnya.
Ia mengatakan, bahan yang digunakan di Rujak bebegk hampir sama dengan petis.” Bedanya, Rujak Bebegk tidak memakai kacang dan ditumbuk dan kelebihanya untuk mengurangi lemak,” ujarnya. (*)
Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com