Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebagai seorang jurnalis, menulis berita tentunya sudah menjadi hal biasa bagi Desi Ilham Sianturi. Namun, ia juga mempunyai satu keahlian lain dalam bidang menulis.
Jurnalis jejamo.com ini mengaku senang menulis puisi dan membaca puisi. Dalam ibadah puisi yang diadakan Malam Puisi Bandar Lampung, ia pun menyumbangkan satu buah puisi, Kamis malam 11/12/2015 di Union Kafe Bandar Lampung.
Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa, pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu, memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku.
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, kenbah Mandalawangi. kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu, ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat. (lampu-lampu berkedipan di Jakarta yang sepi kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu, kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta, (haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti seperti kabut pagi itu)
manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan, dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.
Tepuk tangan meriah dari para pengunjung menutup penampilan Eci yang anggun. Membawakan puisi berjudul ‘Sebuah tanya’ milik Soe Hok Gie.(*)
Laporan Sigit Sopandi, Wartawan Jejamo.com