Jejamo.com, Jakarta – Perdebatan seputar kata ‘pakai’ terkait ucapan petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama soal Surat Al-Maidah ayat 51, masih berlanjut. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin menyatakan, ada atau tidaknya kata ‘pakai’ bukan sebuah masalah yang berarti.
Dengan atau tanpa kata tersebut, menurut Din, Ahok tetap melakukan penistaan agama. Sebab, kata dia, Ahok menyebut kata ‘dibohongi’ yang menjadi sumber persoalan. Ia pun meminta berbagai pihak untuk tidak lagi memperdebatkan kata ‘pakai’ itu.
“Justru kalau itu diutak-atik, ini ada isyarat mau tidak berkeadilan, mohon maaf. Ini dibaca oleh umat Islam seperti ada gelagat mencari celah untuk membela (Ahok), berbahaya itu,” kata Din seperti dilansir CNN Indonesia, Rabu, 9/11/2016.
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah ini menjelaskan, kata auliya dalam surat Al-Maidah ayat 51 mengandung banyak arti, bukan monotafsir. Bisa diartikan sebagai pemimpin, kawan setia atau kawan dekat.
Akan tetapi, menurutnya, seseorang tidak boleh menyalahkan tafsir orang lain. Hal ini dilanggar oleh Ahok. Sebab, kata Din, pernyataan Ahok itu menunjukkan ada objek atau subjek yang membohongi orang lain dengan memakai surat itu.
Atau dengan kata lain, Â Ahok telah melakukan penistaan terhadap agama, kitab suci Alquran, atau ulama karena telah menyalahkan pemahaman orang lain. “Jadi mohon dipahami bahwa letak penistaannya itu adalah penyalahan pemahaman orang lain dengan menggunakan kata peyoratif negatif yaitu dibohongi,” kata Din.
Din pun kembali meminta pemerintah tidak menganggap remeh perkara penistaan agama yang diduga dilakukan Ahok. Menurutnya, ada masalah besar di balik kasus itu.”Di belakang ini ada masalah besar bagi bangsa. Ada ketidakadilan, ada kesenjangan ekonomi. Kalau ini berhimpit, mohon maaf, ini bukan persoalan kecil,” ujarnya.
Menurutnya, pernyataan Ahok telah menyinggung umat Islam dan dapat memantik gelombang amarah yang lebih besar dari umat Islam jika berhimpitan dengan kondisi ketidakadilan ekonomi.(*)