Jejamo.com, Bandar Lampung – Saat ini banyak sekali online shop yang menjual baju, kosmetik, kue, dan lainnya. Tapi, tidak dengan yang satu ini.
Dua mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung, Handika dan Kaslan, membuka usaha kerajinan tangan dari paralon.
Usaha yang dibuat oleh dua mahasiswa ini baru berdiri lebih kurang dua minggu dan dikerjakan oleh mereka sendiri. Para pemesanan rata-rata masih 2-3 buah per hari. Namun, pernah mencapai 9 pesanan dalam sehari.
Pembuatan lampion dikerjakan di rumah mereka karena usaha ini adalah produksi rumahan. Bahan-bahan dan alatnya pun cukup sederhana, tidak begitu sulit. Seperti paralon baru ataupun memanfaatkan paralon bekas yang masih layak pakai dan menggunakan alat bor untuk mengukir gambar yang sudah dicetak sesuasi pemesanan.
Setelah itu, dilakukan pengecatan dan ditambah dengan plastik bufalo berwarna agar terlihat lebih cantik. Untuk menghidupkan lampunya, ditambah beberapa alat, fitting lampu, colokan, setop kontak, lampu, dan kabel.
Pengerjaan lampion dilakukan pada saat tidak ada jam kuliah. Waktu pemesanan selesai setelah tiga hari pemesanan. Sehingga, kuliah dan usaha lampion bisa sama-sama berjalan dengan baik dan lancar.
“Lampion ini bisa dipesan untuk hadiah ulang tahun, hari jadi, wisuda, pernikahan, hiasan kamar, ruang tamu ataupun digantung di dinding rumah sebagai hiasan,” ujar Handika diamini Kaslan, Selasa, 18/10/2016.
Ukuran lampion pun beragam. Ada dua macam dengan harga yang berbeda, yaitu ukuran 25 cm dibanderol Rp65 ribu-Rp70ribu dan ukuran 35 cm dipatok Rp85 ribu-Rp90 ribu. Harga disesuaikan dengan kesulitan gambar.
Sejauh ini, lampion itu sudah dipesan dari berbagai tempat, walaupun masih di dalam Lampung, seperti Lampung Tengah dan Bandar Lampung sekitarnya.
Usaha lampion ini, kata Kaslan, memang banyak di seluruh Indonesia, seperti Jawa dan Bali. Namun, untuk di Lampung, keduanya mengklaim merekalah yang pertama kali membukanya.
Usaha lampion Handika dan Kaslan dimulai oleh sebuah ketidaksengajaan.
“Sebenarnya ini awalnya dari kesulitan ekonomi. Kaslan anak rantau dari Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Ia punya skill dalam hal ukir. Saya asli tinggal di Bandar Lampung yang ahli dalam pemasaran. Kami lalu kerja sama,” kata Handika. Sukses ya Handika dan Kaslan.(*)
Laporan Dita Ayu Saras Sita, Kontributor Jejamo.com