Jejamo.com, Bandar Lampung – Menjelang pelaksanaan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung pada Juni 2018, media massa di Lampung masih terjebak pada pemberitaan tentang aktivitas calon. Media belum banyak mengungkap apa program yang ditawarkan para bakal calon kepada publik. Padahal, program yang ditawarkan itu penting sebagai bahan penilaian ketika gubernur terpilih secara resmi.
“Misalnya soal kegiatan wayang. Enggak apa-apa diberitakan, tapi itu kaitan dengan advertorial atau iklan. Yang lebih penting adalah apa program yang ditawarkan bakal calon kepada publik,” ujar Sekretaris Umum DPD Partai Demokrat Lampung Fajrun Najah Ahmad pada diskusi media massa dan pilkada kerja bareng AJI Bandar Lampung dan jejamo.com di sekretariat AJI, Sabtu, 26/8/2017.
Fajar, sapaan akrab Fajrun Najah Ahmad, menambahkan, media massa mesti bisa membedakan apakah yang ia tulis itu masuk dalam ranah iklan atau murni pemberitaan.
Selain itu, jika menyangkut pembusukan karakter, lebih baik dihindari. Pasalnya, dengan semakin dekatnya masa Pilgub Lampung, pasti ada orang yang mencari-cari kesalahan para bakal calon gubernur meskipun yang diungkapnya itu kasus yang sudah lama.
“Karena dia dilempar sekarang dan pasti ada kaitan dengan pencalonan, ada baiknya jurnalis kritis dalam menilai. Alangkah baik jika itu dihindari,” ujarnya.
Fajrun berharap, media massa di Lampung kritis. Ia mengklaim, Demokrat Lampung bisa menerima kritik media massa jika itu dibangun dengan fakta aktual.
“Kami selalu terbuka. Dan selama itu memang fakta dan kritik konstruktif, akan kami terima,” pungkasnya.
Pilgub Lampung sendiri akan diadakan pada Juni 2018 berbarengan dengan Pilkada Tanggamus dan Pilkada Lampung Utara.(*)
Laporan Sugiono, Wartawan Jejamo.com