Kamis, Desember 19, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Ditpolair Polda Lampung Tangkap 10 Nelayan Gunakan Bom Ikan, 3 Pelaku Menyasar Pulau Pahawang

Ilustrasi bom ikan. | ist

Jejamo.com, Bandar Lampung – Perusakan biota dan ekosistem laut di perairan Lampung mulai masuk tahap mengkhawatirkan. Pelaku kebanyakan adalah nelayan yang menggunakan bom ikan.

Penggunaan bahan peledak untuk mendapatkan ikan menurut Direktur Polair Polda Lampung Kombes Rudi Hermanto tidak bisa ditoleransi. Pemulihan ekosistem dan biota laut yang rusak berjalan lambat, sedangkan penggunaan bom ikan langsung menimbulkan kerusakan seketika.

“Kami akan terus menangkap para pelaku bom ikan di wilayah Lampung dan tidak akan pernah mentoleransi karena perbuatan tersebut sangat merusak biota laut dan mengakibatkan terumbu karang rusak,” ujarnya saat dihubungi via telepon, Rabu, 4/4/2018.

Rudi menjelaskan, selama Maret 2018 pihaknya menangkap tujuh nelayan yang menggunakan bom ikan. Ketujuhnya ditangkap di dua lokasi berbeda. Dua tersangka ditangkap di perairan Pulau Condong Kabupaten Lampung Selatan pada 7 Maret.

Kedua nelayan berinisial AL dan DD itu kedapatan membawa 18 kip sumbu detonator, 1 kilogram serbuk warna putih sebagai bahan baku bom ikan, dan empat buah botol kosong di kapal KM Berkah Jaya 3 yang mereka naiki.

Tak lama berselang, pada 11 Maret, aparat Direktorat Kepolisian Perairan (Ditpolair) Polda Lampung kembali meringkus lima orang nelayan di perairan Pulau Umang-umang Kabupaten Pesawaran.

Hari ini, imbuh Rudi, pihaknya kembali menangkap tiga nelayan di perairan Pulau Pahawang Pesawaran. Pemboman yang dilakukan oleh tiga nelayan berinisial IR (38), RH (23), dan RF (18) itu diduga cukup masif karena saat mereka diamankan petugas menemukan 189 kilogram ikan dalam keadaan mati.

“Kami juga mengamankan satu unit kapal jeni tepak bermesin ketinting yang digunakan untuk melaut,” paparnya.

Rudi menambahkan, kondisi ini mulai mengkhawatirkan karena lokasi pemboman di perairan Pulau Pahawang sangat kaya dengan terumbu karang dan merupakan destinasi wisata di Lampung.

“Jika ikan ditangkap pakai bom ikan, yang hancur itu ikan-ikan kecil dan ekosistemnya. Jika ekosistemnya hancur, ikan tidak akan ada, yang rugi ya nelayan juga,” katanya.

Maraknya penggunaan bom ikan oleh nelayan di perairan Lampung diakui Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lampung Marzuki Yazid. Menurutnya penggunaan bom ikan jauh lebih berbahaya dibanding jaring trol maupun jenis lain.(*)

Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini