Jejamo.com, Bandar Lampung – Salah seorang dosen senior ilmu sejarah FKIP Universitas Lampung (Unila) Husin Sayuti (79) meninggal dunia di Rumah Sakit Bumiwaras Bandar Lampung, Rabu malam, 24/5/2017, sekitar pukul 20.40.
Almarhum meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya selama dua tahun. Kepergian beliau meninggalkan luka mendalam bagi istrinya Hj. Melati dan tiga orang anak: dua pria dan satu wanita.
Almarhum dimakamkan di tempat pemakaman umum Al Ikhlas Jalan Cut Nyak Dien, Gang Santana, Durian Payung, Tanjungkarang Pusat, tepatnya di belakang sekolah PGRI Bandar Lampung.
Rumah duka di Jalan Amir Hamzah, Kelurahan Gotongroyong, Bandar Lampung, sudah ramai didatangi kerabat dan keluarga serta anak didiknya. Selain itu, terlihat karangan bunga ucapan duka di sepanjang jalan rumah duka.
Herlambang (43), putra bungsu almarhum, menceritakan, sosok sang ayah merupakan orang yang mengajarkan anak-anaknya untuk disiplin dan tidak pernah mudah marah.
“Kalau ayah itu kan orang berpendidikan, jadi kami anak-anaknya dari kecil dekat dengan beliau dan orangnya juga tidak pernah marah serta disiplin. Selain itu ayah juga tidak pernah main pukul. Kalau istilahnya kaya orang Jawa dielus terus dicubit, dan sebaliknya. Kalau lagi marah ya marah. Terus kalau mau kamu pasti dituruti,” ujarnya kepada jejamo.com saat ditemui di rumah duka, Kamis, 25/5/2017.
Menurutnya, semasa hidup almarhum selalu membuat keluarga berkesan dan selalu memberikan kebebasan terhadap anak-anaknya.
“Dia orangnya jarang marah, selama hidup ayah itu buat kami sangat berkesan, dengan ibu juga tidak pernah marah. Kami juga diberi kebebasan, dan orangnya tidak pilih kasih kepada ketiga anaknya,” urainya.
Selain terhadap anak-anaknya, almarhum juga selama menjadi dosen di Universitas Lampung membuat anak-anak didiknya menjadi seseorang yang sukses.
“Sekarang rata-rata yang menjadi rektor dan dekan di Unila itu merupakan anak didik ayah. Bahkan beberapa anak didik ayah ada yang menjadi anggota Dewan,” ungkapnya.
Dia menambahkan, sakit yang diderita almarhum sudah lama kira-kira sekitar enam tahun lalu. Tapi, mulai drop sakitnya sudah dua tahun. Aang ayah bisa apa-apa.
“Almarhum sempat stroke, kemudian fungsi-fungsi bagian tubuhnya tidak berfungsi dan meninggal karena penyempitan di bagian pernapasan,” pungkasnya.
Segenap keluarga besar jejamo.com turut berdukacita. Semoga amal saleh almarhum semasa hidup diterima ALlah Swt.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com