Kamis, Desember 19, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Dwita Ria Gunadi Minta Kurikulum Program Studi Perjalanan Wisata Polinela Terus Diperbarui Jawab Kebutuhan Zaman

Dwita Ria Gunadi. | Dokumentasi

Jejamo.com, Bandar Lampung – Dwita Ria Gunadi, anggota Komisi X DPR RI, meminta agar program studi Perjalanan Wisata yang ada di Politeknik Negeri Lampung (Polinela) kurikulumnya terus diperbarui agar dapat menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri pariwisata.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan focuss group discussion (FGD) di Polinela pada Sabtu (21/12) yang digagas oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) bertempat di Ruang Sidang Polinela.

Dwita Ria menjelaskan bahwa saat ini justru pengangguran terbesar disumbang oleh sekolah vokasi yaitu SMK dan diploma.

“Kalau kita melihat data BPS Saat ini, jumlah pengangguran di Indonesia berjumlah 6,82 juta orang, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menyumbang angka pengangguran tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 8,63 persen. Jumlah tertinggi berikutnya terdapat pada tingkat diploma I/II/III (6,89 persen),” ujar Dwita Ria dalam rilis yang diterima jejamo.com.

Dwita Ria menyampaikan, untuk masuk dunia pariwisata mahasiswa vokasi harus banyak dibekali ilmu praktik dan pengalaman.

“Saya usul kepada kepala program studi agar mahasiswa dibentuk kelompok dan belajar membuat agen travel sebagai tugas akhir mereka. Sebab, kalau mereka lulus hanya jadi karyawan agent travel yang ada, sangat sayang, karena 3 tahun itu bukan waktu sebentar,” kata Dwita Ria.

Dwita Ria menegaskan bahwa pendidikan vokasi yang ada tidak boleh kalah dengan yang lulusan LPK dan LPSK.

“Mereka langsung tersertifikasi dan langsung terserap dunia kerja. Jadi kalau kalian tidak punya pengalaman dan kompetensi yang baik, maka kalian hanya akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia,” kata Dwita Ria.

Dwita menjelaskan bahwa saat ini berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 350 ribu orang.

Ironisnya lagi, banyaknya lulusan dibandingkan dengan pertumbuhan perusahaan tidak rasio.

Artinya dengan lulusan 350ribu orang setiap tahunnya akan banyak lulusan sarjana yang tidak terserap dipasar kerja. Demikian rilis yang diterima jejamo.com. []

Populer Minggu Ini