Jejamo.com – Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 hanya 4,79 persen, merupakan yang terendah enam terakhir.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, lambatnya pertumbuhan ekonomi sebenarnya tidak hanya dialami Indonesia.
Lesunya ekonomi global pada beberapa tahun terakhir membuat pertumbuhan ekonomi banyak Negara melambat.
“Cuma, pertumbuhan ekonomi Indonesia terlalu jauh di bawah potensinya. Harusnya bisa di kisaran 5 persen,” kata Enny dilansir kompas.com.
Enny mengatakan, penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah anjloknya konsumsi rumah tangga, hanya 4,96 persen.
Angka tersebut lebih rendah dibanding dua tahun sebelumnya, yang mencapai 5,43 di tahun 2013 dan 5,16 pada tahun 2014. “Biasanya konsumsi rumah tangga kan tumbuhnya di atas 5 persen,” ujar Enny.
Anjloknya konsumsi rumah tangga tidak terlepas dari kenaikan harga pangan. Mahalnya harga pangan membuat masyarakat mengerem belanjanya.
Padahal 50 – 60 persen masyarakat adalah golongan menengah ke bawah yang kemampuan konsumsinya atau daya belinya sangat rentan terhadap fluktuasi harga pangan.
“Total inflasi tahun 2015 memang hanya 3,35 persen. Namun, inflasi makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 6,42 persen, serta inflasi bahan makanan 4,93 persen,” kata Enny lagi. (*)