Kamis, Desember 19, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Feature: Kala Sulastri Sami’na Wa Atho’na

Guru dan staf Teaching Factory SMK SMTI Bandar Lampung. | Jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung – Drum-drum besar berwarna biru itu sebagian masih berisi bahan baku membuat hand sanitizer. Sebagian lagi sudah kosong melompong.

Sesekali hidung mencium aroma khas alkohol, bahan baku membuat pembersih tangan itu. Hand sanitizer memang menjadi idola semasa pancemi covid-19 ini.

Di bagian ruangan lain, botol-botol berisi hand sanitizer dan hand soap rapi berjejer. Ada yang cara menggunakan dengan diteteskan, ada pula yang disemprotkan atau spray.

Jejamo.com diminta menyebut jumlah yang dibutuhkan untuk persediaan di kantor dan kebutuhan wartawan di lapangan.

Sepuluh botol kecil hand sanitizer dan sepuluh botol hand soap disiapkan.

Sulastri, Kepala SMK SMTI Bandar Lampung, yang hari ini memandu jejamo.com ke ruang Teaching Factory tempat pembuatan produk ini, menambahkan dua lagi ukuran botol besar.

“Buat persediaan,” kata dia seraya memasukkan dua botol besar ke tas kain.

Teaching Factory milik SMK SMTI Bandar Lampung ini memang sibuk sebulan terakhir. Sebagai sekolah di bawah naungan Kementerian Perindustrian, siswa dan guru di sini juga garda terdepan dalam penanganan covid-19. Mereka memang tidak menangani pasien.

Tapi dua ribuan liter alkohol yang menjadi bahan baku sudah diolah sedemikian rupa menjadi hand sanitizer yang siap digunakan.

Apalagi sejak pandemi harga produk ini melonjak gila-gilaan. Kadang malah tak ada di pasaran.

“Kalau kami kan memang bidangnya kimia industri salah satunya. Jadi sudah terbiasa dan sesuai dengan ukuran yang sudah ditetapkan,” kata Sulastri.

Deretan meja depan di Teaching Factory ini pun sudah penuh dengan paket hand sanitizer dan hand soap plus sarung tangan karet khusus tenaga medis.

“Kalau sarung tangan karet kami menggunakan yang sudah diproduksi anak-anak. Sebab, bahan bakunya juga sedang sulit diperoleh. Alhamdulillah masih bisa distribusi sampai tiga ratusan pasang,” ujar perempuan dengan gelar Dra di depan dan MTA di belakang namanya itu.

Tas-tas kain ada juga yang disusun di lantai. Ada kertas bertuliskan “masjid” di atasnya.

“Itu khusus untuk masjd-masjid. Guru-guru kami minta bawa dan mereka nanti yang kasih ke masjid dekat rumah masing-masing,” urai Sulastri.

Sulastri bercerita, dua ribuan lebih produk yang dihasilkan teaching factory-nya sudah didistribusikan.

“Terakhir kemarin ada 165 botol kami berikan untuk pengendara ojek online,” kata dia.

Kepala SMK SMTI Bandar Lampung Sulastri (jilbab hijau) bersama dewan guru dan staf. | Jejamo.com

Ramadan masih produksi?

“Kami ini di bawah naungan Kementerian Perindustrian. Kalau kata Kementerian masih harus memproduksi, kami sami’na wa atho’na, dengar dan taat,” kata Sulastri sambil tersenyum.

Wah, alamat terus produksi ya meski bulan puasa?

Sulastri mengatakan, pihaknya siap jika tugas itu diberikan. Bagi ia, guru, dan siswa di SMK SMTI Bandar Lampung ini, ikut berkontribusi selama masa pandemi covid-19 ini sebuah kebahagiaan tersendiri.

“Peran kami di sini,” tutupnya. [Sugiono]

Populer Minggu Ini