Jejamo.com, Bandar Lampung – Pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Sumatera di Swiss-Belhotel hari ini menjadi mementum mengedukasi masyarakat.
Ketua Pelaksana yang juga Kepala Bank BI Perwakilan Lampung Budiharto Setyawan mengatakan, diselenggarakannya FESyar Regional Sumatera untuk memberikan pemahaman ke masyarakat tentang ekonomi berbasis syariah.
Program nyata BI tentang
ekonomi syariah yakni melontarkan Ekonomi pesantren. Saat ini BI memberikan pendampingan terhadap 37 pesantren, yakni ekonomi syariah dalam bidang perikanan, pertanian, pengelolaan sampah dan lainnya.
Kata dia, pengembangan terhadap kemandirian ekonomi pesantren tidak hanya berkonsentrasi di UMKM, namun jauh lebih luas supaya pesantren berkembang perekonomianya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan, tantangan terbesar pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah soal perkembangan ekonomi baru .
“Melihat negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand mestinya Indonesia dapat menjadi produsen produk produk halal terbesar di dunia. Namun, sebaliknya, Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar justru tertinggal dengan Thailand yang mendeklarasikan diri menjadi dapur produk halal di dunia,” jelasnya.
Maka dari itu menurut Rosmaya guna mempercepat perkembangan ekonomi syariah, BI akan berfokus pada perkembangan makanan halal, fashion halal, pariwisata halal, pertanian dan energi halal.
“Bank Indonesia sangat peduli mengajak semua instansi terkait agar menerapkan sistem perekonomian syariah sebagai sistem ekonomi utama,” kata dia.
Lebih lanjut, Rosmaya juga mengharapkan FESyar bukan hanya dapat menghadirkan pengunjung yang melimpah aatu sekadar kumpul kumpul semata, melainkan mempertemukan antara produsen dan pemilik modal, sehingga hasil produksi ke depan lebih layak dan bervariasi.
“Dorongan terhadap pengembangan ekonomi syariah untuk mengatasi defisit transasksi dan mengupayakan agar ekspor lebih besar dari pada impor,” pungkasnya.(*)
Laporan Sugiono, Wartawan Jejamo.com