Jejamo.com, Bandar Lampung – Setelah menjalani proses selama hampir 5 bulan, film terbaru yang diproduseri oleh ZIVAfilm dan Komunitas Dongeng Dakocan, “A Letter For Mommy”, akan diputar secara terbatas di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung. Pemutaran akan dilaksanakan pada Minggu, 10 September 2017, mulai pukul 15.00 WIB.
Pemutaran film ini merupakan yang pertama dan terakhir di wilayah Lampung, karena setelah itu, film ini akan memulai perjalanannya berkeliling beberapa festival.
“Akses pemutaran film pendek memang hanya melalui festival, karena Lampung tidak ada festival film, ‘A Letter For Mommy’ kami putar secara terbatas,” kata Iin Muthmainnah, salah satu produser film tersebut.
Iin menyebut pemutaran ini merupakan pemutaran di kampung halaman tempat film ini dibuat. Sehingga akan dibuat dengan maksimal.“Kami upayakan penonton akan mendapat kenyamanan menonton seperti di bioskop, makanya kami pilih gedung teater tertutup, karena akustiknya paling mendukung,” kata dia.
Pemutaran “A letter for mommy” akan dihadiri oleh seluruh kru, termasuk sutradara dan penulis naskah film Aji Aditya, yang saat ini sudah menetap di Jakarta. Meski demikian, Pemeran utama sekaligus produser, Chicco Jerikho, tidak dapat hadir karena sedang menjalani suting film terbarunya.
“A Letter For Mommy” adalah film pendek kelima sutradara Aji Aditya, dan kolaborasi keduanya dengan Komunitas Dongeng Dakocan. Film ini mengambil lokasi syuting di Pulau Pahawang Lampung, dan menceritakan tentang hubungan ayah dan anak yang indah sekaligus mengharukan. Pemeran utama film ini adalah Chicco Jerikho dan pemain bola U-13 asal Lampung, Aryo Imaduddin Dzaky.
“Ini film takdir, semua yang mendukung film ini tidak ada yang dibayar. Semuanya mendukung karena suka dengan ceritanya, dan bersemangat untuk membuat cerita ini sampai kepada semua orang,” kata Aji.
Selain Chicco Jerikho, film ini juga didukung oleh sejumlah penggiat film independen dari Kota Bandung, dan pembuat film dari Jakarta. Beberapa nama yang ikut bergabung adalah DoP beberapa iklan televisi Ary M Subarkah, di pos penata kamera, Editor film beberapa film festival (diantaranya ziarah, dan sejumlah film Garin Nugroho) Andhy Pulung, sebagai supervise editing.
Selain itu, ikut mendukung juga aktivis film independen asal Bandung, Teny Indah Susanti di Penata Kostum, Fahmie Yanardi di asisten sutradara. Sedangkan music ilustrasi film dikerjakan oleh pemain music jaz independen “west java syndicate” YD Nafis. “Anda harus menikmati musik ilustrasi yang dibuat YD Nafis, sangat atmosferik,” kata Aji.
Sementara untuk sountrack, film ini dibantu oleh musisi independen terdepan Lampung saat ini, Afternoon Talk, dan (tanpa diduga) oleh Koes Plus.“Koes plus memberikan lagu legendarisnya, buat apa susah, sebagai nafas utama sekaligus tema film, sangat menyentuh dan membuat filmnya menjadi semakin kuat,” pungkas Aji.(Rilis)