Jejamo.com – Situs jejaring sosial Facebook menuai protes setelah linimasa ini ternyata belum mengaktifkan fitur pemeriksa keselamatan setelah terjadi serangan bom di Brussels, Belgia meski banyak permintaan untuk melakukannya.
Fitur pemeriksa keselamatan ini sebelumnya disebut memungkinkan pengguna Facebook menandai diri mereka dalam kondisi aman saat berada di lokasi serangan teror atau bencana alam. Saat terjadi ledakan di Brussels, banyak pengguna Facebook meminta fitur itu diaktifkan sehingga mereka dapat mengetahui apakah orang yang mereka kenal dalam situasi aman, termasuk menandai diri mereka sendiri.
Ledakan di bandara dan stasiun metro di Brussels pada Selasa, 22 Maret 2016, diketahui telah menewaskan 34 orang dan melukai ratusan orang, menurut kantor berita Independent. Belum aktifnya fitur ini membuat sejumlah pengguna Facebook menuding media sosial tersebut hanya mengaktifkan fitur untuk kasus tertentu dan kadang menunda melakukannya.
“Sungguh menyukai ide dari fitur pemeriksa keselamatan @facebook. Itu harus diaktifkan lebih cepat selama situasi darurat,” tulis seorang pengguna Twitter, Kris Elliot.
Laurens Soenen menulis, “Di mana layanan pemeriksa keselamatan untuk #Brussels, @Facebook?”
Facebook untuk pertama kalinya mengaktifkan fitur keselamatan untuk aksi teror setelah serangan bersenjata dan bom terjadi di Paris akhir tahun lalu. Sebelum itu, Facebook hanya menggunakannya untuk bencana alam.
Sejak saat itu, Facebook berulang kali dikritik. Perusahaan tersebut dipandang hanya mengaktifkan fitur untuk kepentingan tertentu dan mengabaikan beberapa serangan teror, terutama di negara-negara berkembang di Timur Tengah, Afrika, dan Asia.(*)
Tempo.co