Jejamo.com, Bandar Lampung– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung menggelar seminar media massa dan radiaklisme terorisme, yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Horison, Rabu, 23/11/2016.
Kegiatan seminar ini bertema kan tentang Desiminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profisonalisme Media Massa pers dalam meliput Isu-isu Terorisme, acara tiga pemateri yaitu Jimmy Silalahi (Anggota Dewan Pers Pusat), Budisantoso Budiman (LKBN Antara Lampung) dan Willy Pramudya (Narasumber Ahli Pers BNPT).
Serta dihadiri seluruh peserta dari kalangan media massa cetak serta elektronik dan juga dihadiri oleh Ketua FKPT Lampung Dr. Abdul Syukur, Kaban Kesbangpol Provinsi Lampung
Syukiran,, Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih, Korem, Mayor Inf Prabowo dan Kodim Kapten Inf Pasaribu serta sejumlah lembaga pemerintahan Provinsi Lampung.
Ketua FKPT Provinsi Lampung Dr Abdul Syukur dalam sambutannya mengatakan, kegiatan ini digelar untuk menyampaikan bahwa penyebaran radikalisme dan isu terorisme harus dipahami media massa dalam meliput berita yang akan disampaikan kepada publik. Menurutnya, apalagi di Provinsi Lampung cukup rawan tentang adanya radikalisme.
“Maka dari itu perlu ada keterlibatan semua pihak termasuk pers dan masyarakat untuk ikut menanggulanginya,” ujarnya dalam sambutannya di Ballroom Hotel Horison.
Menurutnya, dari hasil pemetaan dari FKPT Lampung, ada lima daerah Kabupaten dan Kota yang rawan Radikalisme dan Terorisme yang menyebar di Provinsi Lampung.
” Daerah tersebut adalah Pringsewu, Lampung Tengah, Bandar Lampung, Lampung Timur, Lampung Selatan dan Lampung Utara,” tuturnya.
Ia menambahkan, untuk daerah yang rawan saat ini adalah Kabupaten Lampung Tengah, karena, daerah itu sering ditemukan paham radikalisme dan terorisme, sebab merupakan daerah transit dan dari hasil pemetaan tersebut ada sekitar 14 orang yang terlibat paham radikalisme.
“Saat ini kami telah melakukan pembinaan terhadap 14 orang yang terlibat radikalisme, ke 14 orang itu saat ini dalam proses pembinaan di lembaga pemasyarakatan dan memberi penyuluhan agar masyarakat tidak terpengaruh terhadap kelompok paham radikalisme dan terorisme,” pungkasnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com