Jejamo.com, Bandar Lampung – Wakil Ketua Komisi 3 DPRD Bandar Lampung Handrie Kurniawan menilai flyover yang dibangun Pemkot hanya memindahkan titik kemacetan.
Handrie menilai flyover tidak serta merta mengurai kemacetan.
Komisi 3, kata Handrie, menilai flyover yang ada sekarang secara teknis bermasalah.
Jalan layang itu, kata Handrie, tidak sukses mengurai kemacetan.
“Cuma memindahkan titik kemacetan,” kata Handrie kepada jejamo.com hari ini di Bandar Lampung.
Handrie menilai, ada flyover yang dari jalan nasional masuk ke jalan lingkungan.
Flyover di Kemiling malah lebih aneh.
“Belok sana, belok sini. Flyover-nya sih bagus, tapi analisis dampak lalu lintasnya parah,” kata magister ilmu pemerintahan Unila itu.
Handrie menilai, hal semacam itu terjadi karena tidak direncanakan secara menyeluruh.
Ia mempertanyakan apakah tahun depan pembangunan flyover lain akan selesai.
“Baru dimulai perencanaannya dan baru digelar APBD perubahan. Konsepnya baru dibuat,” kata dia.
Handrie mengemukakan, pembangunan flyover baru mengejar selesai bulan Desember tahun depan. Sedangkan tender baru Januari nanti. Ia khawatir perencanaan tidak matang dan terjadi lagi masalah begitu flyover baru selesai.
Maka itu, Handrie menilai pembangunan flyover Jalan Sultan Agung mesti ditunda, tidak mesti dilaksanakan tahun depan.
Meski demikian, Komisi 3 tidak akan memaksakan jika ada pembahasan soal itu di Badan Anggaran dan Tim Penyusun Anggaran Daerah.
“Kalau Wali Kota dan Sekda menganggap itu prioritas, ya silakan. Ada 50 anggota dewan yang mesti menyepakati,” ujarnya.
Handrie menegaskan, Komisi 3 hanya memberikan catatan. Dan ini sudah menjadi rekomendasi pihaknya.
“Silakan selesaikan dengan matang studi kelayakan dan buat andalalin supaya tidak memunculkan masalah baru,” tutupnya. [Andi Apriyadi]
