Jakarta, Jejamo.com – Geel, sebuah kota di Belgia punya cerita unik. Selama berabad-abad kota ini menjadi penampungan bagi orang-orang dengan masalah mental atau sakit kejiwaan. Ribuan orang dengan masalah kegilaan hidup rukun dengan penduduk setempat , bahkan tinggal di rumah-rumah warga.
Adalah Mike Jay, seorang penulis buku dan ahli sejarah budaya datang ke Geel untuk menggali fenomena ini dan menceritakan pengalamannya. Seperti dilaporkan CNN Indonesia Jay mengatakan persepsi ‘kegilaan’ yang biasa kita kenal sehari-hari tak ada di kota Geel ini.
Dari luar Kota Geel tampak layaknya kota indah lainnya di Eropa. Ada jajaran pertokoan yang cantik, pemandangan sungai, belum lagi pedesaaan khas Antwerp, Eropa Barat.
Selama berabad-abad penduduk Geel telah menerima mereka yang punya masalah kejiwaan dengan tangan terbuka. Warga Geel memang punya model perawatan psikoatis yang unik sejak abad ke-14.
“Bisa dikatakan separuh dari pendudul Geel adalah orang gila dan separuhnya lagi ‘separuh gila’,” demikian candaan yang sering diberikan pada penduduk kota itu atas keterbukaannya menerima pasien dengan masalah mental itu.
Menurut Jay, pendatang mungkin akan segera menemukan ada hal yang eksentrik tentang kota ini dengan alasan yang baik. Geel berisi para pasien masalah mental yang tidak dikurung di dalam rumah sakit. Tapi mereka tersebar di rumah-rumah keluarga.
Ini memang model perawatan yang unik yang telah berlangsung selama beberapa abad. Para pasien ini memang punya kebebasan apakah ingin tinggal di rumah sakit atau rumah-rumah warga.
Warga Geel cenderung menyebut pasien sebagai ‘tamu’ atau ‘boarder’ yang ‘berbeda’ atau ‘spesial’. “Orang-orang Geel dengan pemahaman yang baik sangat menghindari kata-kata orang gila, yang menurut saya sangat layak dihargai,” terang Jay.
Biasanya para tamu setelah menandatangani kontrak dengan otoritas kesehatan setempat, mereka bisa tinggal dengan keluarga setempat yang mendapatkan upah untuk menjadi bagian dari keseharian si pasien.
Tak hanya mereka dengan gangguan kejiwaan yang berat seperti psikosis dan schizophrenia, orang-orang dengan kesulitan belajar juga diterima. Bahkan juga mereka yang tidak memiliki diagnosis penyakit sama sekali.
Pasien dibebaskan untuk datang dan pergi sesuka hati di rumah-rumah penduduk. Semua perilaku ‘tak biasa’ diterima dengan wajar, dan bukannya langsung buru-buru ditangani sebagai sebuah gejala atau dicarikan obatnya.
“Jalan-jalan dipenuni dengan kafe dengan orang-orang yang memang terlihat berbeda, tapi dalam sekejap Anda tak akan terlalu memperhatikannya lagi,” terang Jay.
Sistem yang berlaku di Geel ini, bermula saat sebuah rumah sakit jiwa yang sangat terkenal, Bethlem Royal yang dikenal dengan nama Bedlam, menyebar pasien sakit jiwa ke rumah penduduk karena keterbatasan daya tampung beberapa ratusan tahun silam.
Geel sangat populer dengan model perawatan psikiatrisnya sejak abad ke 14. Sejak apa yang dilakukan Geel, orang juga jadi lebih terbuka dan menerima pasien gangguan mental hingga mereka bisa dengan mudah ditemukan di banyak tempat.
Di Geel tak ada orang yang memandang aneh orang yang tiba-tiba bicara sendiri, atau muncul di jalan-jalan dengan penampilan yang eksentrik.
“Tapi jika orang bersikap terbuka, banyak masalah yang kita terima akan lebur begitu saja.” kata Jay.
“Banyak kelompok masyarakat yang melihat orang-orang ini sebagai bahaya, padahal mereka ini lebih sebagai korban kekerasan bukan penyebab kekerasan itu sendiri.” terangnya.(*)