Jejamo.com – Gelar Ratu Kecantikan Myanmar dicabut setelah telah ia berkomentar miring terkait krisis Rohingya. Shwe Eain Si, si ratu kecantikan tersebut, menyebut bahwa kelompok militan ARSA sebagai penyebab krisis di Rakhine.
ARSA merupakan Tentara Pembebasan Rohingya Arakan, yang oleh pemerintah dan militer Myanmar dituduh melakukan serangan terhadap pos-pos keamanan dan juga terhadap warga sipil di Rakhine.
Shwe Eain Si diminta mengembalikan mahkota oleh penyelenggara kontes. Shwe juga dilarang mengikuti kontes kecantikan internasional di Vietnam 5-26 Oktober 2017 mendatang.
Penyelenggara kontes kecantikan menilai “komentar Shwe Eain Si tidak pantas”.
Shwe Eain Si sendiri telah menggelar konferensi pers pada Selasa, 3/10/2017. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak menyesal mengeluarkan komentar tersebut. Shwe juga mengaku tak masalah jika tak dibolehkan mengikuti kontes kecantikan internasional di Vietnam.
Komentar bahwa ARSA adalah penyebab krisis di Rakhine disampaikan Shwe melalui rekaman video yang diunggah ke Facebook beberapa pekan setelah pecah krisis kemanusiaan di Rakhine.
“Serangan ini sudah terlalu berlebihan … dan yang lebih disayangkan lagi adalah mereka an pendukung internasional mereka melancarkan kampanye di media … sehingga mereka dipersepsikan sebagai pihak yang tertindas,” kata Shwe Eain Si.
Dalam video ini ia menyertakan gambar-gambar aksi kekerasan dengan korban warga sipil yang ia katakan dilakukan oleh milisi ARSA.
Ia sama sekali tidak menyinggung soal kekerasan terhadap warga Rohingya maupun ratusan ribu warga Rohingya di Rakhine yang mengungsi ke Bangladesh.
Apa yang disampaikan oleh Shwe Eain Si ini sejalan dengan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan militer Myanmar.
Pada bagian akhir video, Shwe Eain Si meminta komunitas internasional untuk datang dan melihat sendiri situasi di lapangan. Sayangnya ia tidak menyinggung soal keputusan pemerintahnya yang tidak membolehkan tim PBB untuk masuk ke Myanmar.(*)