Jejamo.com, Kota Metro – Sejumlah pedagang di Kota Metro mengeluhkan harga minyak goreng yang melonjak ditambah stoknya terbatas. Imbasnya, kondisi tersebut membuat usaha mereka terganggu dan keuntungan menurun.
Salah seorang pedagang batagor keliling, Solihin (40), mengaku harga minyak goreng mahal membuat omzet dagangnya turun. Kondisi ini juga membuat dia juga serba salah.
“Minyak goreng mahal itu akibatnya pendapatan saya menurun. Sebab, saya sama sekali enggak menaikkan harga atau memperkecil ukuran batagor dan harga jual juga tidak saya naikkan. Kalau harga naik, atau batagor saya bikin kecil-kecil, takut pembeli kapok,” ungkapnya saat diwawancarai Jejamo.com di tempatnya biasa mangkal di Jalan Ki Hajar Dewantara, 15A, Kecamatan Metro Timur, Kamis, 3/3/2022.
Selain itu, Solihin mengaku sulit bahkan pernah tidak dapat minyak goreng di pasaran. “Kadang dapat, kadang enggak. Padahal saya rela beli meski harganya tinggi. Mau gimana lagi, untuk dagang soalnya,” imbuhnya.
Sementara, Fitri (41), pengelola gerai ayam goreng, mengaku mudah mendapatkan minyak goreng. Ini lantaran dia biasa menggunakan minyak goreng beku untuk dagangannya. “Biasanya saya menggunakan minyak goreng beku sampai 15 kilo per hari. Minyak goreng beku di pasaran itu mudah didapat,” ujarnya.
Meski begitu, menurutnya harga minyak goreng beku tak ubahnya seperti minyak goreng cair. Tetap mengalami kenaikan. “Biasanya harga minyak goreng Rp12 ribu, sekarang paling murah Rp15 ribu, kalau pas dapat yang mahal bisa Rp20-25 ribu per liter,” cetusnya.
Mengenai kenaikan harga dan terbatasnya ketersediaan minyak goreng, Fitri (41) berharap, pemerintah dapat segera menemukan solusi agar roda perekonomian keluarga dapat kembali berputar.
“Saya harap pemerintah sebisa mungkin berupaya menemukan solusi agar harga minyak goreng kembali seperti dulu, stabil dan mudah didapat,” katanya.(*)[Anggi]