Jejamo.com, Lampung Tengah – Bakal calon gubernur Lampung Mustafa bertekad memunculkan penggiat Literasi baru di seluruh Lampung. Dengan makin banyak orang yang peduli pada dunia membaca khususnya kepada anak-anak, efeknya pasti terasa. Bupati Lampung Tengah itu mengatakan, Lampung membutuhkan orang-orang yang cinta terhadap dunia literasi.
“Kalau hanya berharap dari pemerintah saja tentu tidak begitu signifikan hasilnya. Maka kita akan memunculkan para penggerak baru dunia literasi. Lampung patut berbangga karena banyak penggiat literasi yang aktif bergerak di tengah masyarakat. Kami akan memberikan insentif kepada mereka yang aktif dalam dunia literasi,” kata ketua DPW NasDem Lampung itu, Minggu, 23/4/2017.
Mustafa menuturkan, para pendidik punya kans yang besar untuk menggerakkan anak anak cinta kepada buku. Di luar tugas mereka sebagai pengajar, para guru sangat mungkin menjadi penggerak dunia buku di lingkungan sekitar.
“Mari kita bangkitkan dunia literasi di seluruh antero Lampung. Kita butuh lebih banyak lagi orang yang peduli dengan buku. Sebab buku adalah medium menambah ilmu dan pengetahuan,” ujarnya.
Mustafa mengatakan, peringatan Hari Buku Sedunia semestinya menjadi pemantik bangkitnya dunia literasi di Lampung.
“Komitmen saya pada dunia pendidikan sangat jelas. Karena literasi, buku, dan hal-hal lain erat kaitan dengan pendidikan, kami pasti concern dengan hal itu. Saya mengapresiasi para penggerak literasi yang selama ini aktif di masyarakat. Kami ke depan akan coba bantu itu sembari terus memunculkan orang-orang yang peduli dengan dunia literasi,” pungkasnya.
Tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia. Dikutip dari web kumparan.com, Hubungan antara 23 April dan buku bermula dari acara perayaan La Diada de Sant Jordi alias Sant Jordi di Catalunya, Spanyol. Pada 23 April 1923, para pedagang buku di Catalunya mengadakan acara festival buku pada momen perayaan tahunan masyarakat Catalan tersebut.
Sebelum 1923, festival yang diadakan untuk memperingati hari kematian Saint George, santo pelindung dari Catalunya, pada 23 April tahun 303 itu hanya identik dengan pemberian mawar merah kepada teman-teman, anggota keluarga dan pasangan. Namun sejak 1923 Sant Jordi juga dikenal identik dengan pemberian buku dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan buku.
Ide mengadakan festival buku pada waktu yang bersamaan dengan tradisi La Diada de Sant Jordi (yang berarti Hari Saint George) –atau yang kini dikenal juga sebagai El Dia de la Rosa (Hari Mawar) maupun El Dia del Llibre (Hari Buku), berasal dari Vicente Clavel Andrés, penulis asal Valencia, untuk menghormati mendiang Miguel de Cervantes Saavedra yang meninggal pada tanggal dan bulan yang sama seperti Saint George, yakni 23 April dengan tahun yang berbeda. Beda waktu kematian Cervantes dan kematian Saint George adalah tepat 1.313 tahun.(*)
Laporan Raeza Handani, Wartawan Jejamo.com