Jejamo.com, Jakarta – Masing-masing lembaga survei telah menyuarakan kondisi politik masyarakat menyambut Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Namun yang baru kali ini, hasil survei Orkestra yang menyatakan Gerindra berhasil menyalip PDIP di posisi pertama dengan capaian angka 15,2 persen.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno memandang ada dua faktor yang menjadi alasan Gerindra unggul dalam survei politik versi Orkestra. Meskipun Adi mengaku tidak tahu metode apa yang digunakan Orkestra sehingga hasil surveinya berbeda dengan lembaga-lembaga survei lain.
“Pertama kekonsistenan Gerindra sebagai partai oposisi dan kedua Gerindra cukup lantang menyuarakan kelompok-kelompok termarginalkan, tersingkirkan terutama kelompok Islam,” ujar Adi dilansir Republika.co.id, Selasa, 5/12/2017.
Sebagai partai oposisi, menurut Adi, Gerindra telah berhasil membuktikan kekonsistenannya yang kerap kali mengkritik kebijakan pemerintah. Gerindra juga dianggap sebagai partai yang telah memperjuangkan kelompok-kelompok termarginalkan sehingga mendapatkan simpatik masyarakat.
“Gerindra ini dianggap memperjuangkan kelompok-kelompok yang selama ini termarginalkan seperti kelompok Islam, mungkin di situ yang membuat Gerindra ini mulai banyak disukai oleh masyarakat,” terang Adi
Sehingga lanjut Adi, sebagai oposisi dan keberpihakannya terhadap kelompok termarginalkan mampu membalas dan merebut posisi PDIP. Keberpihakannya pada kelompok termarginalkan ini maksud Adi, seperti saat Gerindra tegas mengkritik kebijakan pemerintah dalam pembuatan Perppu ormas yang kini telah disahkan menjadi undang-undang.
Sedangkan terhadap PDIP, ungkap Adi, masyarakat mungkin saja alergi. Pasalnya PDIP dianggap sebagai partai penista agama karena mendukung Basuki Tjahja Purnama dalam Pilgub DKI. “Karena rezim orang tidak suka dengan PDIP sebagai partai penista agama juga kan cukup kuat gaungnya di daerah-daerah. Mungkin ini yang membuat survei Orkestra menempatkan Gerindra di posisi pertama,” ujarnya.(*)