Jejamo.com. Bandar Lampung – Kartu Prakerja yang diluncurkan pemerintah menimbulkan pro-kontra. Kartu prakerja dinilai sebagao solusi yang baik karena memang tujuannya baik. Namun, tidak mutlak diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Demikian pendapat Gita Leviana Putri, staf ahli anggota DPR pada diskusi online tentang kartu prakerja yang diselenggarakan HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Gita menuturkan, lapisan masyarakat yang rentan ekonomi sangat membutuhkan bantuan langsung untuk hidup.
Gita menilai, ada calon penerima kartu ini yang hanya mengejar insentif Rp600 ribu sebulan.
“Bukan pelatihannya,” kata dia kepada jejamo.com hari ini via percakapan WhatsApp.
Gita menuturkan, proses seleksi penerima kartu prakerja ini mestinya lebih selektif.
“Benar-benar dipilah dan dipilih,” kata dia.
Kata alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila ini, dalam masa pandemi, tidak bisa juga alokasi anggaran besar untuk kartu itu.
“Kalangan yang rentan ekonomi mesti dibantu secara langsung. Pelaku usaha diberikan program seperti ikut membuat masker dan APD supaya bisa bertahan di tengah pandemi,” tuturnya.
Gita menyimpulkan, kartu prakerja adalah salah satu solusi.
“Namun, pemerintah perlu menyiapkan solusi lain untuks etiap tingkatan ekonomi masyarakat,” tutupnya. [Widya]