Jejamo.com, Yogyakarta – Konferensi Internasional Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (Kespro) menghasilkan banyak rekomendasi dan inovasi untuk mengembangkan serta mencitrakan ulang KB.
Koordinator Konferensi Internasional KB – Kespro (ICIFPRH) 2019, Siswanto Agus Wilopo mengatakan, konferensi internasional yang baru pertama kali diadakan itu menghasilkan sejumlah inovasi terkait permasalahan KB dan Kespro.
“Selama ini KB seperti tidak ada lagi, bahkan ada yang berpendapat dibubarkan saja. Dari konferensi ini ternyata banyak pihak yang tertarik mengenai hal ini,” katanya, Rabu (2/10/2019).
Beberapa temuan yang terungkap dari konferensi tersebut diantaranya, KB bisa mengurangi angka kematian ibu melahirkan, pendidikan kespro bagi remaja, hingga cara berkomunikasi dan strategi bagi orangtua.
Dari konferensi yang digelar selama tiga hari sejak 30 September – 2 Oktober 2019 ini juga mengemuka, keberhasilan KB dan kespro jauh lebih efektif jika diperkenalkan mulai dari usia remaja. Karena ketika remaja itu menginjak usia dewasa, dia telah memiliki bekal yang layak.
Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) ini menambahkan, sejauh ini masyarakat dan pemangku kebijakan selalu mengkaitkan KB dengan cara mengontrol jumlah penduduk. Meski tidak salah, namun ada hal lain dari KB yang tidak kalah penting.
“KB ini menjamin ada generasi yang bisa diandalkan,” katanya.
Siswanto menegaskan, permasalahan KB bukan hanya terkait kontrasepsi ataupun jumlah penduduk. Untuk itu, perlu bagi pemerintah dan pemegang kebijakan mencitrakan ulang KB kespro ini.
Hal senada disampaikan Ketua Komite ICRIFPH 2019, Prof. Meiwita Budiharsana yang mengatakan banyak hal baru dan pendekatan inovatif muncul dalam konferensi ini.
“Konferensi ini menghasilkan banyak rekomendasi yang bisa digunakan pengambil kebijakan dalam me re branding gerakan KB,” katanya.
Guru Besar Universitas Indonesia ini merinci sejumlah temuan dan inovasi dari konferensi internasional yang diikuti oleh 13 negara dan 800an peserta tersebut.
“Dari hasil penelitian ditemukan bahwa anak laki-laki banyak terlibat dalam bullying (perundungan). Baik itu menjadi korban maupun pelaku. Juga untuk mengatasinya, perlu perbaikan akses dan pelayanan agar anak bisa melindungi dirinya,” katanya.
Kemudian terungkap juga bahwa sebagian besar orangtua sangat jarang berkomunikasi dengan anaknya yang menginjak usia remaja. Khususnya, terkait masalah remaja baik itu masalah mental, fisik, hingga kesehatan reproduksi. []