Jejamo.com, Bandar Lampung – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Lampung mengecam teror dan peretasan akun jurnalis Teknokra Universitas Lampung (Unila) dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung Hendry Sihaloho. Teror dan peretasan itu terkait diskusi bertajuk rasialisme Papua yang digelar Teknokra secara daring, beberapa waktu lalu.
“Kami mengecam teror dan peretasan tersebut. Aksi teror itu bertentangan dengan jaminan kebebasan berpendapat yang dijamin konstitusi,” kata IMM Lampung, Sabtu, 13/6/2020.
Menurut IMM Lampung, aksi teror dan peretasan memperlihatkan bahwa masih terjadi pelanggaran prinsip-prinsip demokrasi dan HAM.
Padahal, konstitusi menjamin kebebasan menyampaikan pendapat setiap warga.
Kebebasan berpendapat itu juga sebagai kontrol terhadap penyelenggaraan negara.
Secara organisasi, IMM Lampung mendukung pemenuhan hak atas kebebasan berpendapat. IMM Lampung juga mendukung upaya proses hukum oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung yang telah melaporkan kasus tersebut ke Polda Lampung.
Kecaman dan dukungan DPD IMM Lampung untuk membangun semangat para mahasiswa agar terus aktif berdiskusi online di tengah ancaman teror.
Tujuannya, guna memberikan edukasi kepada masyarakat dalam menyampaikan gagasan-gagasan terhadap berbagai persoalan bangsa.
Sebagaimana pemberitaan media, dua jurnalis Teknokra Unila mengalami teror dan peretasan akun media sosial (medsos).
Keduanya, Pemimpin Umum Teknokra Chairul Rahman dan Pemimpin Redaksi Mitha Setiani Asih. Mereka mengalami teror dan peretasan setelah mengumumkan Diskusi Daring “Diskriminasi Rasial Terhadap Papua”, Kamis, 11 Juni 2020, pukul 19.00 WIB. Mitha menjadi moderator, sedangkan Chairul sebagai narahubung diskusi.
Tak hanya Mitha, akun aplikasi pesan salah satu narasumber juga diretas, yaitu Tantowi Anwari dari Serikat Jurnalisme untuk Keberagaman (Sejuk).
Bahkan, akun aplikasi pesan istrinya turut diretas. Pascadiskusi, akun WhatsApp orang tua Mitha diretas.
Peretasan juga dialami Ketua AJI Bandar Lampung Hendry Sihaloho. Akun Facebook dan Instagram-nya tak bisa diakses. Belakangan, akun Instagram Hendry dilaporkan hilang alias lenyap.
Teleponnya juga sempat tak bisa dihubungi meski dalam keadaan aktif dan sinyal bagus. Peretasan itu setelah Hendry mengadvokasi Chairul dan Mitha serta mem-posting teror dan peretasan terhadap mereka di media sosial. []