Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Ini Penyebab Sepekan Terakhir Matahari Terasa Begitu Terik

Ilustrasi. | ist
Ilustrasi. | ist

Jejamo.com – Hari ini hujan turun di beberapa wilayah di Kota Bandar Lampung. Di beberapa tempat intensitasnya sedang, di tempat lain hanya sekadar rintik. Meski begitu tak menghilangkan teriknya matahari di siang hari. Bahkan beberapa warga mengaku sepekan terakhir matahari terasa lebih menyengat dibanding sebelumnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memiliki jawaban kenapa fenomena itu terjadi. Penyebabnya adalah musim kemarau yang sedang mencapai puncaknya, khususnya di Pulau Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara.

“Wilayah yang terdampak kekeringan di Indonesia dengan lebih dari 60 hari tidak terjadi hujan, yaitu sekitar Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali bagian barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur,” kata Ramlan, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, seperti dilansir dari Tempo.co, Rabu, 20/9/2017.

Secara umum, pada musim ini, kategori musim kering masih normal. Namun, musim kering di beberapa wilayah di Jawa hingga NTT di atas normal. Faktor yang menyebabkan normalnya cuaca atau iklim, seperti faktor global, yaitu tidak adanya kondisi El Nino atau La Nina yang menguat.

“Faktor regional hanya dipengaruhi angin Monsun serta beberapa faktor lokal di wilayah masing-masing, seperti pegunungan, pesisir, dan sekitar teluk,” ujarnya. Ramlan memperkirakan musim hujan di Pulau Jawa baru akan terjadi pada Oktober-November 2017.

Untuk menunggu datangnya hujan, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengimbau masyarakat menghemat penggunaan air. “Lebih bagus kalau bisa disimpan,” ucapnya.

Selain itu, Ardhasena meminta masyarakat mewaspadai bencana alam pada masa transisi dari musim kemarau ke hujan, seperti angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi. Untuk wilayah Pulau Jawa, massa transisi itu terjadi pada September.

Selain itu, kata dia, potensi kebakaran hutan, khususnya di daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah bagian selatan, Jambi, Sulawesi Selatan, dan Riau. “Kondisi kering begini biasanya potensi kebakaran hutan besar,” tuturnya.(*)

Populer Minggu Ini