Senin, November 11, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Ini Taujih Politik Presiden PKS Sohibul Iman kepada Pengurus DPW-DPD PKS Se-Lampung

Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) dan Ketua DPW PKS Lampung Ahmad Mufti Salim (kiri). | Sugiono/Jejamo.com
Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) dan Ketua DPW PKS Lampung Ahmad Mufti Salim (kiri). | Sugiono/Jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung – Presiden PKS Sohibul Iman memberikan materi awal Sekolah Kepemimpinan Partai yang diikuti seluruh ketua DPD dan pengurus teras DPW Lampung di aula Bapelkes, Sabtu, 15/4/2017.

Bicara masalah kepemimpinan, ada berbagai macam tipe pemimpin. Ada pemimpin berdasarkan posisi. Pemimpin berdasar posisi ini, orang yang merasa sebagai pemimpin ketika ia memiliki posisi.

Ada tipe Pemimpin 360 derajat yakni  bisa memimpin di semua level kepemimpinan.

Kita secara terus-menerus harus bisa menjadi pemimpin. Kita juga secara terus-menerus meningkatkan kapasitas kepemimpinan sehingga bisa melaksanakan tanggung jawab secara optimal.

“Orang yang selalu meningkatkan kapasitas dirinya, akan siap ketika dia menjadi pemimpin di posisi apa pun,” ujar mantan Rektor Paramadina itu.

Amanah kepemimpinan, kata Sohibul, tidak dicari, tidak meminta. Sebagai kader partai dakwah, kita harus terus mengasah kepemimpinan, kapasitas, sehingga ketika Allah memberikan amanah, kita sudah siap.

Sohibul mengutip empat ciri Nabi Muhammad Saw: Sidik, amanah, fatanah, tablig.

Sidik dan amanah, kata dia, terkait dengan moralitas dan integritas. Ini, kata dia, merupakan barometer paling awal yang dilihat dari seorang pemimpin. “Alhamdulillah kader PKS sudah memiliki integritas yang baik sebagai hasil tarbiyah selama ini,” kata dia.

Godaan kader yang memiliki amanah di publik sangat besar. Kader tersebut harus memiliki bekal yang sangat prima, baik yang sifatnya moralitas spiritual maupun  sosial (interaksi dengan orang lain), dan juga moralitas profesional.

“Kita bukan kumpulan malaikat. Yang penting adalah bagaimana kita menangani secara cepat dan tegas ketika ada kader yang mengalami kesalahan. Sebelum kasus tersebut meledak lebih besar. Saya sedang belajar menjadi pemimpin di tengah godaan publik yang luar biasa,” ujarnya.

Fatanah atau kecerdasan itu adalah sisi intelektualitas. Strategic thinking capability diperlukan karena lingkungan senantiasa berubah-ubah sehingga harus terus diikuti dan disesuaikan dengan perubahan tersebut.

“Saat ini kita masuk gen Y N Z.  Dari sejak dalam rahim, mereka terkondisikan dengan gagdet. Mereka adalah generasi yang connected, terhubung dengan seluruh penjuru dunia. Mereka kolaboratif, mampu berkolaborasi dengan semua segmen. Kreatif dengan menggunakan berbagai fasilitas yang ada menciptakan sesuatu yang baru,” ujarnya.

Tablig menyangkut sisi personalitas atau kepribadian yang bagus. Kata Sohibul, harus  tetap mempertahankan sifat humanisnya.

“Jangan saat menjadi pemimpin, judes terhadap kader lainnya, friendly melebur dengan masyarakat,” ujarnya.

Sohibul juga menilai sisi ketegasan dalam pengambilan keputusan. Tanpa adanya ketegasan, akan mengakibatkan pembiaran.

Lalu humility, humble, rendah hati. Mempunyai kerendahan diri dan menempatkan diri bahwa dia tidak lebih tinggi dari organisasi.

“Handap asor kata orang Sunda mah,” urai Sohibul.

Pemimpin yang humble ini yang mampu bertahan lama. Ada perusahaan di Austria berusia 750 tahun. Tingkat keterkenalan organisasinya lebih tinggi dari keterkenalan CEO-nya.

“Kita harus menjadikan organisasi kita ini lebih tinggi dari diri kita sendiri,” katanya.

Sohibul juga menganjurkan kader PKS merangkul keberagaman sosial, kohesi sosial.

“Mau menjadi wali kota Bandar Lampung saja, kita harus menyatukan beragam masyarakat. Kita perlu latihan untuk langsung menyatukan beragam masyarakat ini,” ujarnya.

“Menjadi pemimpin yang bermoral, integritas, intelektualitas, dan mempunyai kepribadian yang baik itulah pemimpin yang diinginkan dari kader PKS,” pungkasnya.(*)

Laporan Sugiono, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini