Berita Bandar Lampung, Jejamo.com – Musim kemarau tak hanya berdampak pada komoditas pertanian di Lampung, tetapi juga pasokan listrik. Perusahan Listrik Negara (Persero) Lampung selama periode bulan November hingga Desember 2015 diperkirakan akan mengalami defisit daya sebesar 50-130 MW.
Defisit ini disebabkan berkurangnya kemampuan daya PLTA Batu tegi dan Besai selama musim kemarau. Untuk itu pasokan listrik lebih banyak mengandalkan PLTU Tarahan unit 3 dan 4 secara bergantian.
Dari rilis yang diterima Jejamo.com dari PLN Lampung, defisit daya menyebabkan pasokan pembangkit terbesar di Provinsi Lampung berkurang dan transfer daya dari sistem Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) pun mengalami penurunan.
Pada saat normal transfer waktu siang berkisar 200-250 MW, saat ini rata rata yang bisa ditransfer hanya berkisar 146-208 MW, waktu malam pada saat normal transfer bisa mencapai sebesar 342 MW dan saat ini rata rata yang bisa ditransfer hanya berkisar 228-290 MW.
Adapun penyebab transfer daya berkurang adalah :
- Pembangkit Listrik Tenaga Air tidak optimal karena musim panas yang berkepanjangan.
- Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Pembangkit tenaga diesel tidak optimal karena kabut asap yang terjadi di Sumatera Bagian Tengah dan Selatan menyebabkan filternya inlet mengalami gangguan, penurunan daya, dan beberapa pembangkit gas mengalami gangguan.
- Pemeliharaan beberapa pembangkit diantaranya PLTGU Keramasan, PLTU Teluk Sirih unit 2, PLTA Maninjau unit 3.
- Beberapa pembangkit yang mengalami gangguan di wilayah sistem tengah dan selatan adalah PLTG Keramasan unit 3, PLTG Jakabaring, PLTGU Keramasan, PLTU Bukit Asam, PLTMG Balai Pungut, PLTG Teluk Lembu, dan PLTGU Gunung Megang.
Daya mampu pembangkit Lampung dan transfer dari sumatera selatan dalam kondisi normal rata-rata sekitar 851 MW (dengan pasok pembangkit sebesar 526 MW dan transfer sebesar 325 MW) dan beban puncak tertinggi yang pernah tercapai sebesar 854 MW sehingga defisit sebesar 3 MW.
Agar pasokan listrik Lampung handal maka perlu ada cadangan minimal sebesar pembangkit terbesar di Lampung yaitu 100 MW dan untuk mencapai keandalan yang cukup maka dibutuhkan cadangan pembangkit sebesar 30 % dari beban puncak atau sekitar 256 MW. Kondisi tersebut sesuai dengan RUPTL yang ditetapkan akan tercapai sekitar tahun 2019.
Sebagai gambaran kondisi defisit tanggal 15 Oktober 2015 sebagai berikut :
Beban puncak malam sebesar 838.80 MW, sedangkan kemampuan pembangkit dan transfer mengalami penurunan, pembangkit sekitar 520.10 MW, transfer sumsel maksimal sekitar 258 MW , sehingga mengalami defisit saat beban puncak malam sekitar 60.70 MW.
Kondisi beban siang sekitar 584.40 MW, sedangkan daya mampu pembangkit dan transfer mengalami penurunan, pembangkit sekitar 387 MW, transfer Sumsel sekitar 164 MW, sehingga mengalami defisit saat beban siang sekitar 33.40 MW.
Dengan defisit tersebut maka terjadi pengurangan beban pagi, siang dan malam untuk menjaga kestabilan sistem sehingga tidak terjadi black out atau pemadaman total. Pemadaman dilakukan secara bergilir dengan periode pemadaman selama 3 jam.
Upaya-upaya yang dilakukan PLN jangka pendek adalah pemeliharaan pembangkit dan mempercepat penyelesaian PLTU Sebalang 1 serta mempercepat PLTMG sewa masuk sistem Lampung.
Sehubungan dengan belum normalnya suplai listrik tersebut, PLN menghimbau kepada seluruh pelanggan agar menggunakan listrik dengan hemat dan seperlunya untuk menjaga kestabilan pasokan listrik terutama pada saat beban puncak jam 17.00 s/d 22.00 WIB.(*)
Laporan Sugiono, wartawan Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya