Jejamo.com, Lampung Utara – Meski Bulog Subdivre Lampung Utara (Lampura) telah berkomitmen untuk tidak lagi mendistribusikan Beras Pra Sejahtera (Rasta) yang tak layak konsumsi. Namun, komitmen tersebut hanyalah sebuah janji semu belaka.
Pasalnya, lagi-lagi beras dengan kualitas rendah tersebut didapati di RT II/LK I, Kelurahan Kotabumi Tengah, Kotabumi, yang dibagikan kepada warga pada Jumat, 7/7/2017.
Ketua RT setempat, Sopian, mengatakan, beras Rasta yang diterima oleh para warganya dalam bulan ini, banyak kutu. “Beras yang kami terima banyak kutunya seperti ini,” ujar Sopian sembari menunjukkan beras berkutu.
Menurut Sopian, para penerima sempat mau memulangkan Rastra itu, namun dirinya ýmeminta warga menerima dulu Rastra itu sembari dirinya berkoordinasi dengan pihak kelurahan terkait persoalan ini.
Namun, lantaran tak memiliki pilihan lain, dirinya terpaksa mendistribusikan ratusan kilogram beras yang tak layak konsumsi itu kepada para penerima yang ada di wilayahnya. “Total Rastra yang kami terima berjumlah 700 kilogram. Yang tersisa tinggal dua karung dengan total berat 100 kilo,” ungkapnya.
Sopian memaparkan, ratusan kilogram Rastra yang diperuntukan bagi sekitar 20 kepala keluarga yang kurang mampu itu diambilnya tak lama setelah diantarkan pihak Bulog di kantor kelurahan pada Kamis pagi.
Menurutnya, beras yang diterima warga ini tak dikemas dalam kemasan seperti biasanya. Pada umumnya, Rastra dikemas dalam karung 15 kilo. Namun beras ini dikemas dalam karung kemasan 50 kilogram.
Di tempat yang sama, Lurah Kotabumi Tengah Istiadani, setelah mendapatkan informasi tentang adanya Rasta tak layak konsumsi di daerahnya, langsung menghubungi pihak Bulog untuk segera mengganti beras tersebut.
“Sesuai instruksi Bupati, Rasta yang diterima warga kualitasnya harus baik. Karena itu saya menegaskan dan meminta Bulog agar tidak lagi mendistribusikan beras yang tak layak,”tegasnya.
Sementara itu, Junaidi selaku wakil Satuan Tugas (Satgas) Rasta Bulog Lampura, sempat membantah jika beras yang didistribusikan tidak layak konsumsi. Namun setelah diperlihatkan bukti beras tersebut, Junaidi pun mengakui jika hal itu dikarenakan minimnya pengawasan saat pendistribusian ke titik bagi.
“Itu hanya kelalaian para petugas di gudang saja. Karena, petugas di gudang tak banyak dan beras yang akan diperiksa begitu banyak,” kilahnya.(*)
Laporan Buhairi Aidi dan Lia, Wartawan Jejamo.com