Jejamo.com, Jakarta – Anggota MPR dan DPR RI Ahmad Junaidi Auly menilai kelompok Saracen sangatlah membahayakan persatuan dan kesatuan, keamanan, dan keutuhan NKRI sehingga layak diberikan hukuman maksimal. Ia menyamakan kelompok yang diciduk polisi lantaran menyebarkan ujaran kebencian di dunia maya itu seperti penjajah Belanda yang menggunakan politik devide et impera atau politik adu domba. Saracen kerap menggunakan fitnah, hoax, dan sentimen SARA sebagai senjata agar rakyat tercerai berai menjadi kelompok-kelompok kecil sehingga mudah takluk dan dikendalikan.
“Ini betul-betul persoalan serius yang harus dibongkar oleh kepolisian secara tuntas, transparan, dan menyeluruh Jangan sampai ada yang lolos, khususnya para penyandang dana dan aktor intelektual di balik semua ini,” ujar Junaidi di Jakarta dalam rilis yang diterima redaksi Jejamo.com pada Selasa, 29/8/2017.
Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Lampung I itu melanjutkan, apa yang dilakukan kelompok Saracen memiliki pengaruh lebih besar daripada apa yang digunakan penjajah dulu. Sebab, kelompok ini memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi khususnya media sosial sehingga mampu menjangkau masyarakat dalam jumlah yang lebih besar secara instan, masif, dan real time.
“Sejarah keberhasilan penjajah menggunakan devide et impera tidak boleh terulang, pemerintah melalui instansi-instansi terkait seperti BIN, Kemenkominfo, Polri dan lainnya harus semakin proaktif mengambil langkah-langkah preventif maupun represif kepada kelompok-kelompok sejenis ini,” tegas Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini.
Selain itu, pemerintah perlu lebih banyak memproduksi dan memviralkannya di media sosial perihal informasi atau content yang dapat menumbuhkan, menjaga, dan meningkatkan rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan bangsa. Juga sigap dalam meng-counter fitnah, hoax, dan sentimen SARA yang dapat mengadu domba antar sesama anak bangsa di media sosial.
Junaidi menjelaskan, harus diakui bahwa masyarakat Indonesia saat ini memang masih belum sepenuhnya terliterasi dengan baik terhadap setiap informasi yang diterimanya. Hal ini menyebabkan setiap informasi yang berisikan fitnah, hoax, dan SARA mudah sekali memanipulasi dan mengacaukan persepsi masyarakat.
Maka dia ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar ketika menerima sebuah informasi yang cenderung memancing emosi, amarah, dan sentimen SARA, periksa terlebih dahulu sumbernya, kelogisannya, tanyakan teman yang kompeten, cari informasi pembanding, serta menanggapinya dengan pikiran bijak dan jernih.(*)