Jejamo.com, Jakarta – Millennials Voice for Stunting 2020, Wadah Millennials Deklarasi Peduli Stunting
Stunting atau pendek merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terjadi terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan.
Dampaknya pun tidak main-main karena mengakibatkan tumbuh kembang otak dan tubuh anak terhambat, serta rentan terhadap penyakit. Jangka panjangnya.
Hal ini menyebabkan anak sulit berprestasi dan di masa usia produktifnya, anak stunting memiliki penghasilan lebih rendah dari mereka yang normal.
Kalangan milenial dan remaja memiliki peranan penting dalam pencegahan dan penurunan stunting.
Mengapa? Menuju era bonus demografi, Millennial menyumbang banyak jumlah penduduk. Hal ini berpeluang menunjang pertumbuhan ekonomi jika sumber daya manusia berkaratker sehat, cerdas, dan produktif.
Jika tidak terkelola dengan baik, akan menimbulkan banyak masalah gizi yang berimbas ke masalah lain yang kompleks.
Selain itu, remaja juga berperan penting menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan manusia di semua tahapan hidup.
Ironisnya, remaja sering mengalami masalah gizi seperti kurus dan sangat kurus, pendek dan sangat pendek (stunting), kurang energi kronis, defisiensi mikronutrien seperti anemia, dan kegemukan. Jelas, milenial dan remaja penentu kondisi gizi Indonesia di masa depan.
Sekarang sudah saatnya mereka dijadikan bagian dari solusi untuk permasalahan ini dan agen perubahan.
Melalui Program Voice for Change Partnership (V4CP), SNV Indonesia bekerjasama dengen TP2AK Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia menyelenggarakan Millennials Voice for Stunting dalam rangka menyemarakkan Hari Gizi Nasional 2020 pada tanggal 22 Januari 2020 di Satrio Tower, Mega Kuningan Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh Bappenas, Kemenkes, Kemendagri, Teuku Zacky, dokter dan CEO millennials, 3 Pemenang WMW Survey 2020, Juara 1 dan 2 Semethon Sociopreneurs NTB kolaborasi SNV dan Transform, Sisiwi SMA di Kupang yang difasilitasi Bengkel Appek, Organisasi Pemuda YSC, mitra pembangunan, dan para millennial peduli stunting.
Dalam rangkaian kegiatan International Event ini, SNV melakukan survei What Millennials Want on Nutrition to Prevent Stunting (WMW) yang diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh pelosok Nusantara. WMW ini ditujukan untuk laki-laki/perempuan milenial khususnya yang saat ini berusia 20-35 tahun guna mengetahui apa yang kaum milenial inginkan dalam upaya mencegah dan mempercepat penurunan stunting di Indonesia.
Sebagai tambahan, survei ini juga terbuka untuk remaja yang saat ini berusia 15-19 tahun guna mengetahui aspirasi dan kontribusi remaja dalam pencegahan stunting.
Melalui WMW, ratusan peserta juga menulis essai menyuarakan gagasan inovatif yang millennials dan remaja bisa lakukan. Sebagai langkah lanjutan, WMW menjadi masukan untuk pemerintah agar memperhatikan aspirasi dan inovasi ketahanan pangan dan gizi oleh para millennial dan remaja dari berbagai wilayah di Indonesia.
Terpilih 3 juara yakni:
Juara 1 diraih oleh Arif Sabta Aji Sleman, DIY
Juara 2 diraih oleh Dyahtrin Adelayde Br Nainggolan Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara
Juara 3 diraih oleh Niken Dwi Rahmawati Jakarta
Serta 10 orang terbaik dari beberapa wilayah Indonesia.
“Perlu program yang menarik milenial agar mereka mau menerima dan ikut menyebarkan informasi stunting di Indonesia. Kampanye stunting mulai banyak, tetapi perlu kegiatan yang membuat hegemoni dan dentuman informasi tentang stunting terus tersebar luas. Adanya kerja sama dari multisektoral dan menyasar pada multistage kategori usia, saya percaya Indonesia bisa menarik minat milenial. Contohnya diadakan lomba inovasi program, platform untuk share and care, dan duta milenial peduli stunting. Jika ingin masif, kampanye stunting pemerintah harus berani mendobrak cara lama dengan cara baru khususnya memanfaatkan teknologi multiguna dan media sosial.” papar Arif Sapta Aji, juara 1 WMW 2020.
Puncaknya, Millennials Voice for Stunting 2020 meningkatkan kesadaran milenial dan remaja mengenai ketahanan pangan dan gizi sekaligus wadah bagi mereka untuk menyuarakan gagasan mereka melalui Deklarasi Millennial Peduli Stunting 2020 pada tanggal 22 Januari 2020 di Satrio Tower, Mega Kuningan Jakarta.
Poin penting dari deklarasi tersebut yakni para Milenial Peduli Stunting mendeklarasikan untuk berpartisipasi aktif dalam mendorong terwujudnya kebijakan pemerintah yang inklusif dan berkelanjutan terhadap generasi milenial.
Serta, generasi milenial bersedia menjadi agen perubahan sosial menjadi pelopor gerakan pencegahan dan penurunan stunting.
Diharapkan suara mereka didengar dan diperhatikan oleh para pemangku kepentingan bahwa peran mereka penting untuk ketahanan pangan dan gizi, khususnya pencegahan dan penurunan stunting di Indonesia.
Milenial dan remaja percaya bahwa masalah gizi sebaiknya dimulai dari mereka, mereka yang kelak akan dan/atau sedang menjadi ibu dan ayah.
Tentang SNV: SNV adalah organisasi pembangunan nirlaba Belanda dengan fokus pada pengembangan aktor pembangunan dengan meningkatkan kapasitas lokal, meningkatkan kinerja, meningkatkan pelayanan, menguatkan sistem pemerintahan serta mendukung kelompok marjinal dengan menciptakan akses pasar untuk masyarakat prasejahtera.
Organisasi ini Dibentuk di Belanda tahun 1965, SNV telah bekerja di lebih dari 30 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Demikian rilis yang diterima jejamo.com. []