Berita Bandar Lampung, Jejamo.com – Kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika mendapat sorotan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Lampung.
Kamis 5/11/2015, KAMMI menggelar kajian gerakan diskusi negarawan dengan tema “Apa Sih Trans Pasific Partnership (TTP) Sebagai Buah Tangan Dari Kepulangan Presiden Jokowi Dari Amerika? Dan Bagaimana Dampaknya Untuk Indonesia?”.
Diskusi ini merupakan salah satu pencerdasan intelektual bagi kalangan mahasiswa dengan kondisi multidimensi yang dialami Indonesia saat ini.
Ketua Umum Komisariat Unila, Egi Wiragala mengatakan diskusi melibatkan Moh. Nizar akademisi Hubungan Internasional dari Unila.
Dalam diskusi ini dijelaskan bahwa TPP merupakan organisasi kerjasama yang dibuat Amerika dan Amerika mengajak seluruh negara untuk ikut serta dalam hubungan TPP. Hal ini mengingat akan dibukanya pasar bebas pada akhir Desember 2015.
Ketua DPM U KBM Unila 2012-2013, Andika menuturkan terkait TPP saat ini, Indonesia dalam kabar baik dimana Indonesia tidak terlalu antisipatif untuk mengikuti hubungan TPP. Pada dasarnya, kata dia, hubungan kenegaraan dalam kerjasama mempunyai 8 perjanjian yang terdiri dari 6 hubungan ASEAN dengan negara dan 2 hubungan antara negara dengan negara.
“Tetapi sangat disayangkan karena Indonesia tidak mengikuti semua hubungan tersebut. Sehingga indonesia dianggap sebagai pasar yang menampung hasil produksi negara luar negeri tersebut,” ujarnya.
Aspirasi berlanjut dari Andre anggota KAMMI lainnya. Ia menegaskan bahwa Indonesia akan mengalami kemerosotan yang jauh bila mengikuti dan masuk dalam TPP. Segala bentuk kepemilikan negara bisa jadi akan di tarik oleh Amerika.
Dengan TPP, secara tidak langsung dapat melegalkan semua barang di Indonesia. Keuntungan bisa saja berbalik ke arah amerika dengan 100% dan Indonesia 0%. Jangan sampai semua aset negara berpindah tangan ke amerika. pungkas anggota eksekutif wilayah LMND tersebut.
Diskusi aktif berlanjut hingga pukul 17.45 Wib dengan pertanyaan silih berganti. Terakhir sebelum selesai menutup kajian, Moh.Nizar menegaskan kembali bahwa Indonesia harus berusaha menjadi aktor dalam persaingan ekonomi internasional.
Dengan seperti itu maka Indonesia tidak hanya dijadikan tempat pasar strategis untuk barang mereka yang akan di ekspor ke Indonesia dan Indonesia bisa masuk dalam hubungan TPP setelah sistem perekonomian Indonesia rapi. (*)
Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru terpercaya