Jejamo.com, Bandar Lampung – Penyakit kanker payudara dapat menjangkit seseorang melalui banyak faktor, yakni genetik atau keturunan, hormonal, serta gaya hidup seperti porsi makan tidak seimbang, obesitas, ataupun alkohol.
“Penderita kanker payudara ini tidak bisa disamakan antara satu dan lainnya.” kata dr. Internsip Rs Bhayangkara Polda Lampung, Nora Ramkita saat diwawancarai Jejamo.com di Masjid Al Mulk lingkungan RSUDAM, Jumat, 22/7/2016.
Menurutnya, penyakit kanker payudara ini bisa menjangkit semua kalangan tanpa mengenal batasan usia. Sebab, dirinya pernah menemui seseorang yang berumur belasan tahun, tetapi sudah menderita kanker payudara. Dikesempatan lain, dirinya juga pernah menemui seseorang yang terkena kanker payudara saat berumur 60 tahun.
“Keduanya dapat terjadi akibat faktor genetik serta faktor risiko yang mungkin ada, seperti riwayat keluarga yang juga menderita kanker payudara, wanita dengan usia menarche dini, atau akibat lingkungan seperti radiasi. Insidensi kanker payudara meningkat dua kali lipat setiap kenaikan umur 10 tahun. Seseorang dengan faktor risiko tersebut, tentu sebaiknya dapat menjaga kesehatan tubuhnya agar terhindar dari penyakit berbahaya ini,” papar Nora Ramkita.
Ia menjelaskan, adapun cara menghindari penyakit kanker payudara ini adalah dengan mengupayakan gaya hidup yang sehat. Seperti mengurangi konsumsi zat makanan tambahan yang mengandung pemanis, pewarna dan penyedap, memperbanyak makan sayuran dan buah, istirahat cukup serta berolahraga.
Tak kalah penting dilakukan adalah skrining atau Periksa Payudara Sendiri atau dikenal dengan SADARI, jika didapatkan kecurigaan berupa benjolan pada payudara, jangan sungkan untuk memeriksakan diri kepada dokter.
Meskipun begitu, bagi seseorang yang sudah menderita penyakit kanker payudara, Nora Ramkita berpesan agar janga putus asa. Segeralah memeriksakan diri ke dokter agar bisa secepatnya diobati.
“Melalui Komunitas Kanker Payudara Lampung, diharapkan para penderita kanker payudara dapat meningkatkan semangat dalam berjibaku melawan penyakitnya. Bukan untuk sebuah kata menyerah ataupun tunduk pada sel – sel yang mematikan. Justru, untuk hidup yang lebih berwarna, bermakna, dan bermanfaat bagi orang lain. Penting juga untuk berbagi bersama orang terdekat serta aktif bersosialisasi dengan masyarakat. Karena segala penyakit ditetapkan oleh Tuhan, kita harus iklhas menerima dan mengupayakan kesembuhan,” paparnya.(*)
Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com