![](https://www.jejamo.com/wp-content/uploads/2023/07/WhatsApp-Image-2023-07-14-at-09.02.41-610x372.jpeg)
Jejamo.com, Kota Metro – Seorang pengepul rongsokan di Kota Metro, Tri Sutrisno, ingatkan masyarakat jeli memilah sampah domestik. Sejumlah barang bekas bisa dijual kembali, bahkan ada yang nilai jualnya tinggi.
Pria berusia 33 tahun yang akrab disapa Entis itu menyebut nilai kiloan tembaga yang umumnya terdapat pada barang elektronik yang sudah rusak, saat ini termasuk rongsokan dengan harga paling mahal, disusul kuningan dan aluminium.
“Yang paling mahal itu tembaga, harga per kilo bisa sampai Rp85 ribu lo. Kan lumayan. Nah, lainnya kayak kuningan itu sampai Rp55 ribu, dan aluminium itu Rp18 ribu,” kata Entis saat ditemui jejamo.com di lapak rongsokannya yang terletak di Jalan Imam Bonjol, tepat di depan kantor Dinas Dukcapil Kota Metro, Jumat, 14/7/2023.
“Jadi, kalau misal mau sedikit jeli memilah-milah barang bekasnya, itu kan bisa dijual lagi, jadi cuan juga kan lumayan untuk nambah-nambah uang dapur,” imbuhnya.
Entis menambahkan, barang bekas lainnya seperti kardus, kertas, besi bekas dan botol plastik juga bisa dijual ke lapaknya. Bahkan untuk rongsokan dalam jumlah besar dia bersedia untuk mengambilnya langsung ke lokasi.
“Jadi, ya kalau misalkan ada sampah rumah tangga seperti barang-barang elektronik yang sudah rusak, kardus, kertas, botol plastik, besi dan lainnya, itu jangan dibuang, lebih baik dikumpulkan saja, dibawa ke sini, saya siap menampungnya. Atau kalau jumlahnya banyak, nanti saya ambil sendiri ke lokasi,” tambahnya.
Di lokasi usaha Entis, nampak hilir mudik para pemulung dan warga yang menyetor berbagai barang bekas untuk dijual. Menurut dia, sekitar 15 orang pencari rongsokan secara rutin selalu datang ke tempat rongsokan yang ia kelola.
Setiap hari berbagai macam rongsokan terkumpul di lapaknya. Kardus bekas mendominasi dengan total bobot bisa mencapai ratusan kuintal per bulan. Entis sendiri harus mengeluarkan kocek hingga Rp3,5 juta per hari untuk membeli barang-barang bekas tersebut.
“Kalau pemulung yang belakangan ini rutin nyetor barang bekas ke sini itu sekitar 15 orang. Total biaya yang saya keluarkan dalam satu hari untuk beli rongsokan dari mereka itu sekitar Rp3,5 juta. Setiap harinya kardus itu kita bisa mengumpulkan 3 sampai 4 kuintal, jadi kalau akumulasi dalam satu bulan itu bisa ratusan kuintal. Nah, kalau yang plastik bekas botol minuman itu bisa 4 sampai 5 kuintal dan karena bobot satuannya itu ringan maka jumlahnya itu bisa banyak sekali,” tandasnya.(*) (Anggi)