Jejamo.com, Lifestyle – Jika Anda beranggapan pola kerja dengan waktu fleksibel lebih menyenangkan, maka Anda salah besar. Baru-baru ini, para ahli mengumumkan bahwa karyawan yang bekerja dengan waktu flesibel justru lebih berpotensi mengalami stress.
Hal ini disebabkan bekerja dengan waktu fleksibel menerapkan budaya ‘always on’ atau selalu siap sedia jika dibutuhkan. Alhasil, hormone dalam terus meningkat secara konsisten dan menyebabkan stress tingkat tinggi.
Selain itu, waktu bekerja yang flesibel juga membuat keseimbangan hidup berkurang dan berpotensi menjadikan seseorang terisolasi dari lingkungan social.
Seorang psikolog Professor Gail Kinman dari University of Bedforshire, mengatakan, jika tidak ada batasan dengan pekerjaan, yang paling mengkhawatirkan adalah system dalam tubuh Anda tak pernah turun.
“Anda mungkin bisa tidur, tapi tidak nyenyak karena sistem imun tubuh berkurang,” ungkapnya dilansir kompas.com.
Keadaan stress karena bekerja dengan waktu yang fleksibel semakin parah karena ponsel selalu dalam terkoneksi dengan email pekerjaan sepanjang hari. Tentunya, hal ini membuat seseorang terus menerus memikirkan pekerjaan sepanjang waktu.
Tanpa mempertimbangkan risiko stress, masih banyak perusahaan dan karyawan yang menerapkan waktu kerja fleksibel. Sebab, menurut banyak orang, waktu kerja fleksibel dianggap menguntungkan, terutama bagi karyawan yang telah berkeluarga. (*)