Jejamo.com, Pesisir Barat – Kepala Satuan Polisi Kehutanan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) Agus Hartono meminta kepada pemerintah pusat dan daerah memasukan pelajaran konservasike sekolah-sekolah.
“Kami sulit mengawasi kawasan di TNBBS karena personel kami yang sedikit. Maka itu, mengadakan kegiatan bersama dengan mitra WWF, WCS dan Yabi kepada pelajar SD,SMP dan SMA tentang konservasi agar anak-anak ini tahu,” ujarnya, saat ditemui di TNBBS, Senin, (22/7/2019).
“Sebanyak 234 desa yang berada di kawasan TNBBS. Jadi kalau kami hitung satu akses saja, 200 akses masuk kawasan. Tapi tidak mungkin semua masuk, paling 10 yang masuk, yang paling banyak diburu yaitu gajah, rusa, harimau, badak, dan tringgiling,” sambungnya.
Menurut Agus, pelaku pemburu satwa yang ada di TNBBS bukan hanya menggunakan senjata api rakitan locok, melainkan ada juga memakai berbagai jenis jerat.
“Lebih dari ratusan berbagai jerat kami amankan. Ada beberapa jenis jarat seperti jerat kaki dan kolong yang menggunakan seling, seperti harimau yang terjerat beberapa waktu lalu itu pakai jerat kaki khusus hewan kecil,” paparnya.
Dia juga meminta pelaku pemburu di hukum seberat-beratnya agar tidak lagi terjadinya perburuan terhadap satwa yang dilindungi dan satwa berada di kawasan TNBBS.
“Selama ini, hukuman bagi pemburu satwa dilindungi maksimal hanya 2 sampai 4 tahun. Karena pertimbangan hakim karena faktor perekonomian pelaku,” tandasnya. [Andi Apriyadi]