Berita Lampung Barat, Jejamo.com – Musim kemarau berkepanjangan menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah di Sang Bumi Rua Jurai, tak terkecuali di Lampung Barat (Lambar).
Sejumlah petani sayuran setempat harus menanggung kerugian hingga jutaan rupiah akibat gagal panen.
Rudiyanto, agen sayur sekaligus petani di Desa Hanakau Kecamatan Sukau menuturkan, banyak petani di desa tersebut yang mengalami gagal panen akibat kemarau berkepanjangan. Lahan yang kering menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan mati di usia muda.
Banyak petani, kata dia, yang juga tidak memiliki modal bercocok tanam, karena modal yang harus dikeluarkan di musim kemarau berlipat dari biasanya.
“Kalau musim kemarau tanah jadi kering. Jadi petani butuh modal tambahan untuk penyiraman lahan dan tanaman. Karena kalau tidak di siram, tanaman bakal layu dan mati,” kata dia, Rabu (21/10).
Rudi yang menanam kol atau kubis serta wortel di ladangnya mengalami kerugian hingga belasan juta rupiah.
Ia menggambarkan, untuk tanaman kol dengan luas lahan 1 ha membutuhkan modal tanam rata-rata Rp15 juta sampai Rp20 juta. Namun dari hasil panen yang didapat, untuk menutupi modal tanam pun tak cukup.
“Memang harganya jualnya (kol) naik jadi Rp6 ribu per kg, tapi hasil panennya sedikit. Normalnya lahan 1 ha bisa panen sampai 6 ton tapi ini 1 ton saja tidak sampai. Jadi buat nutup modal saja tidak cukup,” ujarnya.
Hal sama juga dialami Suhebi yang menanam sawi di lahan seluas 1 ha. Menurut Suhebi mestinya saat ini sudah bisa menikmati hasil panen, namun kondisinya berbeda setelah sawi yang ditanamnya banyak yang kerdil dan mati.
“Modal bibit dan pupuk saja sudah Rp5 jutaan tapi hasilnya gak ada. Ya mau gimana lagi,” keluhnya.
Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya